Informasi yang dihimpun detikcom, perempuan berhijab biru itu adalah Siti Masruah peternak rakyat warga Kecamatan Sutojayan. Semula, dia berada di parkir pasar sebelah utara MBK. Begitu mengetahui rombongan Mensos mendatangi MBK, dia ingin bertemu dan mencurahkan kepailitan usahanya karena anjloknya harga telur selama tiga bulan terakhir.
Begitu emak-emak peternak diajak ke ruang transit yang berada di luar areal nisan MBK, Risma langsung memanggil Bupati Blitar Rini Syarifah dan Asisten Pemerintahan dan Kesra Pemkab Blitar Tuti Komariyati yang hari ini mendampinginya. Kepada kedua pejabat tersebut Risma menjelaskan aturan dan kebijakan yang merupakan wewenang Mensos dan yang di luar kewenangan itu. Yakni membeli telur dari peternak untuk didistribusikan sebagai komponen bansos.
Ternyata, di dalam areal MBK juga ada Yessi, peternak Garum yang selama ini menjadi koordinator aksi damai peternak layer pasca-anjloknya harga telur. Mensospun meminta Yesi dipanggil dan diberi penjelasan langsung terkait skema, mekanisme, dan aturan terkait pengadaan komponen bansos.
"E-warung bukan kewenangan saya. Kalau saya yang atur, itu melanggar. Lihat siapa yang tanda-tangan. Kalau saya didemo, aku yo bingung masalah opo. Kalau memang masalah itu di bawah kewenangan Kemensos, saya akan jungkir balik belain," jelas Risma kepada Yessi yang disaksikan pejabat yang hadir.
Terkait masalah harga telur anjlok, Risma menyarankan para peternak re-engineering. Misal dibuat menjadi kue, karena skema mempertahankan bisnis harus terus berubah mengikuti kondisi pasar.
Sedangkan soal mahalnya harga jagung, Mensos menjanjikan akan memberikan bantuan. Risma mengaku sudah mengkalkulasi kebutuhan jagung di kalangan peternak rakyat dengan Bupati Blitar.
"Soal jagung, saya akan beri bantuan. Tapi kalau dipaksa beli telur, itu saya bisa melakukan pelanggaran. Mosok sampean tego aku dipenjara," pungkas Risma.
(iwd/iwd)