"Dan kemudian ada pergeseran sejarah yang kita tidak tahu kenapa terjadi seperti itu dan sekarang akan dihapus, Mbah Hasyim akan dibuang, itu kita tidak terima," tegas Kiai Safruddin.
"Beliau ikhlas dalam perjuangan bangsa, tapi jangan sampai kemudian Indonesia kehilangan keaslian sejarahnya. Orang-orang yang tidak berperan selalu dimunculkan sebagai pejuang dan pahlawan. Sementara orang-orang yang sungguh-sungguh pahlawan dibenamkan agar tidak dibaca oleh generasi berikutnya. Tentu ini akan menjadi preseden buruk. Sehingga nantinya bangsa ini, menjadi tidak lagi menghormati para pendahulunya," terang kiai Safruddin.
Kiai Safruddin berharap pemerintah bisa meluruskan sejarah ini dengan merevisi kamus sejarah. Salah satu upayanya dengan menggandeng sejumlah sejarawan hingga membaca literasi terpercaya.
"Semoga pemerintah segera mengambil tindakan yang benar dan harus meluruskan kembali dan menggali kembali sejarah yang sesungguhnya. Mumpung masih ada orang-orang yang bisa ditanyakan dan masih ada tulisan yang sesungguhnya, yang bisa kita ambil dari berbagai sumber yang dapat dipercaya," harapnya.
Sebelumnya, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyebut Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah dicetak dan diterbitkan secara resmi.
"Buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi. Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat," kata Hilmar dalam keterangannya yang diunggah di situs Kemendikbud, Selasa (20/4/2021).
Hilmar menuturkan naskah Kamus Sejarah Indonesia Jilid I disusun sebelum Nadiem Makarim menjabat sebagai Mendikbud. Hingga kini belum ada rencana penerbitan kamus sejarah dimaksud.
(fat/fat)