Hilangkan Nama Pendiri NU, Kemendibud Dituntut Tarik Kamus Sejarah

Hilangkan Nama Pendiri NU, Kemendibud Dituntut Tarik Kamus Sejarah

Enggran Eko Budianto - detikNews
Selasa, 20 Apr 2021 20:01 WIB
Humas Ponpes Tebuireng Nur Hidayat
Humas Ponpes Tebuireng Nur Hidayat (Foto: Enggran Eko Budianto/detikcom)
Jombang -

Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang menilai Kamus Sejarah Indonesia buatan Kemendikbud tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Pengurus pesantren yang didirikan KH Hasyim Asy'ari itu menuntut kemendikbud segera menarik kamus dan meminta maaf.

Itu disampaikan Humas Ponpes Tebuireng Nur Hidayat melalui rilisnya kepada detikcom. Dalam rilis tersebut, pesantren yang didirikan KH Hasyim Asy'ari ini menyampaikan 5 poin menyikapi beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan Direktorat Sejarah pada Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

"Naskah tersebut sama sekali tidak layak dijadikan rujukan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran NU dan para tokoh utama NU. Terutama peran Hadratussyeikh KH Mohammad Hasyim Asy'ari," kata Nur Hidayat, Selasa (20/4/2021).

Nur Hidayat menjelaskan bukti adanya framing sejarah yang secara terstruktur dan sistematis telah menghilangkan peran NU dan para tokoh utama atau pendiri NU. Yaitu tidak adanya tema NU dan KH Hasyim Asy'ari di dalam Kamus Sejarah Indonesia jilid I dan II.

"Jika dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak sesuai dengan kenyataan sejarah. Karena cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa naskah tersebut tidak layak menjadi rujukan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kelemahan substansial dan redaksional yang harus dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut," terangnya.

Sejarah sebuah bangsa, lanjut Nur Hidayat, sangat penting untuk membangun peradaban di masa yang akan datang. Tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah leluhurnya. Karena itu, penulisan sejarah yang jujur merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa.

"Berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut kemendikbud untuk menarik kembali naskah tersebut dan meminta maaf kepada seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut," tandasnya.

Sebelumnya, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilmar Farid menyebut Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah dicetak dan diterbitkan secara resmi.

"Buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I tidak pernah diterbitkan secara resmi. Dokumen tidak resmi yang sengaja diedarkan di masyarakat oleh kalangan tertentu merupakan salinan lunak (softcopy) naskah yang masih perlu penyempurnaan. Naskah tersebut tidak pernah kami cetak dan edarkan kepada masyarakat," kata Hilmar dalam keterangannya yang diunggah di situs Kemendikbud, Selasa (20/4/2021).

Hilmar menuturkan naskah Kamus Sejarah Indonesia Jilid I disusun sebelum Nadiem Makarim menjabat sebagai Mendikbud. Hingga kini belum ada rencana penerbitan kamus sejarah dimaksud.

Halaman 2 dari 2
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.