Banyuwangi -
Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Indonesia menghapus istilah santet dalam program kerjanya. Namun masih mempertahankan kata dukun di dalam perkumpulan itu.
Pemkab Banyuwangi menyambut positif hal tersebut. Namun demikian, pihaknya masih berharap agar stigma negatif dalam kata dukun juga menjadi pertimbangan selanjutnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Mohammad Yanuarto Bramuda mengatakan pihaknya sudah mendengar rilis resmi Perdunu yang menghapus istilah Santet, tapi mempertahankan kata dukun dalam perkumpulan itu.
"Ya sudah ada keputusan dari Perdunu menghapus kata santet. Tapi masih mempertahankan kata dukun. Kami mengapresiasi hal itu," ujarnya kepada detikcom, Rabu (10/2/2021).
Namun menurutnya, pihaknya masih berharap agar stigma negatif dalam kata dukun juga menjadi pertimbangan untuk diganti atau diubah. Hal ini seiring dengan keresahan masyarakat yang masih memberikan stigma negatif dalam istilah dukun.
"Pertemuan Senin kemarin kita usulkan nama istilah yang menjadi polemik di masyarakat dihindari. Kata santet, dukun, dan mistis cobalah untuk tidak merusak image yang sudah dibangun selama 10 tahun ini. Kita harap teman Perdunu merespon," tegasnya.
Lihat Video: Polemik Festival Santet, Persatuan Dukun dan Pemda Cari Titik Temu
[Gambas:Video 20detik]
"Merubah image santet butuh waktu lama. 10 tahun. Ini upaya Pemkab merubah hal itu. Kita dorong semua masyarakat dan anak Banyuwangi bersatu menyampaikan ini keluar. Agar tidak ada kesan negatif kota Banyuwangi," imbuhnya.
Bram berharap polemik tentang kata dan kalimat yang menyinggung keresahan masyarakat untuk segera diubah. Sehingga kesan negatif yang muncul pun bisa diminimalisir.
"Bukan kami mau melarang adanya organisasi yang tumbuh di Banyuwangi. Tapi Bagaimana pun kita menanggapi keresahan masyarakat. Logo-logo kami sarankan agar jangan menyinggung pihak yang sudah ada. Kata santet, dukun, mistis dan berbau negatif hendaknya bisa diubah karena masyarakat resah,"pungkasnya.
Seperti diketahui, beberapa hari terakhir, masyarakat Banyuwangi dihebohkan dengan munculnya Perdunu. Pasalnya, organisasi yang mengaku sebagai perkumpulan dukun ini berencana menggelar Festival Santet sebagai program kerjanya.
Sontak hal tersebut menuai protes dari sejumlah pihak. Festival Santet dinilai kontroversi dan dapat merusak citra Banyuwangi sebagai Kota Pariwisata. Tak hanya itu, festival tersebut dianggap akan membuka luka lama atas Tragedi Santet Banyuwangi 1998.
Perdunu kemudian diminta agar mengganti penggunaan istilah santet dan dukun yang menjadi nama organisasi tersebut. Terlebih, MUI sudah mengeluarkan fatwa yang melarang praktek perdukunan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini