Ketua Umum Perdunu Gus Abdul Fatah Hasan mengatakan setelah menggelar rapat internal, pihaknya sepakat untuk menghilangkan istilah santet dalam setiap kegiatan Perdunu.
"Hasil dari rapat di internal Perdunu, Perdunu sepakat untuk tidak menggunakan santet dalam setiap kegiatan yang digelar Perdunu," katanya saat pers rilis di Aula Kantor PCNU Banyuwangi, Rabu (10/2/2021).
Keputusan ini diambil berdasarkan masukan-masukan dalam forum klarifikasi di Kantor Disbudpar Banyuwangi beberapa hari yang lalu, kata santet memang memiliki makna yang tabu dan menimbulkan keresahan di masyarakat.
"Selain permintaan Pemda, kesannya memang membuat resah kata-kata santet ini. Kemudian itu (Festival Santet) juga masih wacana untuk program kerja. Jadi masih belum final," imbuhnya.
Kendati demikian, kata Gus Fatah, pihaknya belum bisa mengganti kata dukun dalam penamaan organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan makna dari kata dukun tersebut masih bias. Untuk itu, pihaknya memilih untuk melakukan kajian terlebih dahulu baru kemudian memutuskan untuk mengganti atau tidak kata dukun tersebut.
"Perdunu dengan kepanjangan Persatuan Dukun Nusantara Indonesia. Penggunaan dukun sementara masih akan digunakan," tegasnya.
"Kita akan mengkaji lebih dalam lagi, dari segi bahasa, budaya. Kami belum memiliki referensi untuk memutuskan apakah digunakan apa dihapus. Baru setelah diputuskan, nanti akan kita daftarkan ke Kemenkum HAM," pungkasnya.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dan Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi sebelumnya melakukan klarifikasi kepada Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) Indonesia, terkait polemik yang terjadi saat ini.
Kegiatan digelar di Aula Disbudpar Banyuwangi, Senin (8/2). Hadir dalam acara itu, Ketua MUI KH Muhammad Yamin, Kepala Disbudpar Banyuwangi, MY Bramuda, Kepala Kesbangpol dan beberapa ormas seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan anggota Perdunu Indonesia.
Lihat Video: Polemik Festival Santet, Persatuan Dukun dan Pemda Cari Titik Temu
(iwd/iwd)