Sidoarjo - Ki Ompong Soedarsono kembali menggelar pertunjukan
wayang kontemporer. Kali ini dia beraksi di Monumen Jayandaru, Alun-alun Sidoarjo.
Ki Ompong mementaskan lakon Wayang Blang-Bleng Srawung Alam. Ia menyampaikan pesan mendalam tentang COVID-19.
Setiap kali mementaskan wayang kontemporernya, Ki Ompong senantiasa berpenampilan nyentrik yang mengundang perhatian. Misalnya kali ini, ia mengecat wajahnya dengan warna putih. Ia menyelipkan beberapa batang tumbuhan di pinggangnya serta diikat kepalanya.
Rambut gimbalnya sengaja ia biarkan terurai. Ki Ompong selalu membawa tokoh wayang Bagong yang merupakan wakil tradisi dan Hasan yang mewakili kaum milenial.
"Dengan pementasan ini, saya ingin menyuntikkan dukungan moral kepada warga, karena setiap hari manusia itu bersinggungan dengan budaya meskipun dalam kondisi pandemi. Manusia tetap butuh silaturahmi. Nah, pentas wayang ini merupakan terapi non medis," kata Ki Ompong, Kamis (7/1/2021).
Pria kelahiran Blitar ini berharap, selain antarmanusia, manusia juga harus lebih dekat dengan alam lewat roso prangoso. Bersilaturahmi dengan alam di sekitar kita. Ki Ompong mengatakan, saat ini COVID-19 hanya diderita oleh manusia. Namun tidak dengan tumbuhan dan hewan. Maka itu ia berharap manusia bisa membangun katresnan (kecintaan) dengan alam.
"Di tahun 2021 ini, manusia harus siaga hidup berdampingan dengan COVID. Bagi saya, selain harus mematuhi protokol kesehatan, manusia harus tetap berbudaya. Dari tidur hingga tidur lagi, manusia melakoni kebudayaan. Ngopi, bertetangga, memuliakan, membuat orang lain bahagia itu juga termasuk berbudaya," tambah Ki Ompong.
"Dengan memakai gaun dedaunan itu merupakan simbol menyatunya kehidupan manusia dengan segala makhluk Tuhan. Memang harus berbeda tetapi tetap satu, tujuannya sama-sama ingin hidup," jelas Ki Ompong.
Nanda (34) asal Pasuruan mengaku sangat terhibur dengan penampilan wayang kontemporer itu. Sebarnya dia bersama adiknya ini sedang akan ke Waru. Namun melihat ada wayang di pinggir jalan penasaran.
"Saya kaget juga melihat penampilannya, namun setelah mendet dia dalang, baru tertarik. Selain itu juga bagus buat edukasi kaum remaja yang tidak tahu wayang, sangat bagus kami berdua sangat apresiasi," kata Nanda.
Hal yang sama disampaikan oleh Aini (27) warga Kota Sidoarjo. Ia mengaku pagelaran wayang kontemporer ini sangat menarik buat pengenalan wayang kepada kaum milenial. Menurutnya, seharusnya ki salang menggelar aksi-aksinya itu tepat pada hari libur, seperti Hari Minggu.
"Mantap buat bapak dalang, aksinya membuat orang penasaran," pungkas Aini.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini