"Ya kalau mundur juga sudah politisasi. Itu ndak murni. Ini bukan soal mundur ndak. Ini kan soal memilih gaya pendekatan (kepemimpinan) saja," tegasnya.
Lalu apa saran untuk Risma ke depan? Bagong menyarankan agar wali kota perempuan pertama Surabaya itu harus paham dengan pentingnya pendelegasian. Karena jika tidak, dikhawatirkan semua beban akan ditanggung sendirian.
"Saya kira Bu Risma harus memahami arti pentingnya pendelegasian agar semua beban nggak numpuk sama dia semua. Kalau bebannya numpuk semua mungkin secara pribadi nggak kuat," tandasnya.
Sementara Dosen Sosiolog UM Abdul Kodir Addakhil menilai bahwa siapapun sah-sah saja mengekspresikan segala bentuk perasaannya, baik tertutup ataupun terbuka di ruang publik.
"Namun jika itu pejabat atau kepala daerah sebaiknya mengekspresikan sesuatu di hadapan umum perlu dipertimbangkan matang-matang. Karena kepala daerah menjadi panutan banyak orang, tentu tidak hanya di wilayah kerjanya saja" lanjut mantan Presiden BEM FISIP Unair ini.
Dia mengakui aksi itu menimbulkan pro kontra atas luapan ekspresi baik di dunia nyata ataupun di medsos. Ada yang mendukung ada juga yang menganggap luapan ekspresi tersebut berlebihan.
"Karena Risma merupakan kepala daerah yang tingkat konfirmasi COVID-19 tertinggi di Jawa Timur. Maka luapan ekspresi di depan perwakilan IDI menjadi atensi banyak pihak," kata Dosen penggemar klub Inter Milan.
Dia menambahkan di sisi lain bisa dilihat beberapa negara, ada pejabat yang terus bekerja mempertaruhkan jabatan, melawan pandemi ini saling bahu membahu tanpa kenal lelah dan berkeluh kesah, serta dinilai sukses oleh beberapa pihak. Negara tersebut seperti Taiwan, Georgia dan Islandia, misalnya.
Namun ada juga beberapa pejabat di beberapa negara seperti Menkes Ekuador Catalina Andramuno mengundurkan diri tepat setelah negara tersebut mengumumkan jumlah kasus virus Corona yang melonjak. Atau seperti Menkes Rumania Victor Costache mengundurkan diri karena ratusan dokter dan perawat dinyatakan COVID-19 di tengah kurangnya peralatan medis yang memadai.
"Jadi saat dalam situasi krisis seperti ini, seorang pemimpin baik wali kota, gubernur bahkan presiden harus mampu menunjukkan ketenangan, kapabilitas serta menggerakkan sumber dayanya agar segera keluar dari krisis. Jangan malah memicu hal-hal yang kontraproduktif sehingga memunculkan polarisasi," tandas dosen millenial ini.
Tonton video 'Risma Sujud ke IDI, dr Sudarsono Beri Penjelasan':
(fat/fat)