Dengan pola tanam baru, Paidi bisa memanen 70 ton porang di satu hektare lahan. Padahal saat mencoba dulu, satu hektare lahan hanya menghasilkan sembilan ton umbi porang.
Ia juga memilih menanam menggunakan umbi porang, bukan biji 'katak' yang menempel di daun. "Kalau untuk modal tentu tergantung dari berapa kisaran luas yang ditanam. Kalau bergabung berinvestasi dengan kami tentu kita sudah punya rinciannya. Kalau tanam satu hektare itu bisa MoU dengan PT Paidi Indo porang," terang Paidi.
Kepada para petani, Paidi menerangkan bahwa satu hektare lahan bisa ditanami 40 ribu bibit porang. Petani membutuhkan modal sekitar Rp 100 juta untuk membeli bibit dan biaya pemupukan hingga perawatan.
Modal tersebut dinilai cukup hingga waktunya panen dua tahun kemudian. "Dalam hitungan manajemen kita, untuk lahan satu hektare jika ditanami porang semuanya, dalam kurun dua musim dengan biaya Rp 100 juta. Itu meliputi biaya perawatan dan pemupukan hingga panen," ujar Paidi.
Menurutnya, dengan modal Rp 100 juta, petani bisa mendapat omzet Rp 800 juta. Atau keuntungan Rp 700 juta.
"Ini hitungan kita, sekitar dua tahun, bisa mendapatkan Rp 800 juta itu kalau tanam 40 ribu bibit," imbuhnya.
Selain menyiapkan bibit, Paidi juga menjual produk olahan berbahan Porang. Di antaranya beras untuk dikonsumsi orang diet serta bihun.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini