Didampingi petugas dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Situbondo, tim Keswan Jatim ini mengobservasi kematian mendadak sembilan ternak sapi di Desa Bantal, Kecamatan Asembagus. Selain itu, tim sekaligus memeriksa ternak-ternak di sekitarnya.
"Dari pemeriksaan visual atau anamnesis, arahnya belum kami temukan bahwa ini suatu wabah penyakit yang perlu dikhawatirkan. Untuk memastikan, insyaallah satu minggu hasil uji laboratorium dari sampel yang diambil ini sudah kelar," kata Kepala DPKH Situbondo, drh Hasanuddin Riwansia, di sela pemeriksaan.
Berdasarkan pengamatan detikcom, selama berada di lapangan, tim Keswan Dinas Peternakan Jatim ini tak hanya memeriksa ternak, tapi juga mengambil sampel di sekitar lokasi kematian sembilan ternak di Dusun Selatan, Desa Bantal, Kecamatan Asembagus
Di antaranya sampel yang diambil dari ternaknya langsung, seperti darah dan kotoran ternak. Juga sampel pendukung, yang meliputi sisa pakan ternak di kandang, tanah di sekitar kandang, hingga air yang biasa diberikan untuk minum ternak. Semua sampel itu akan diuji secara laboratoris di Laboratorium Keswan B Malang.
"Karena arahnya pasti ke sana. Jejak medisnya pasti ada pada sampel yang diambil itu. Satu minggu dari sekarang insyaallah hasil uji laboratorium dari sampel-sampel ini sudah kelar," tandas pria yang akrab disapa drh Udin itu.
Ia menambahkan, pihaknya sengaja menggandeng Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dalam pemeriksaan kematian sembilan ekor ternak di Situbondo. Sebab, Dinas Peternakan Jatim memiliki 'peluru' dalam hal pemeriksaan kesehatan hewan, baik yang ada RSH Surabaya maupun Laboratorium Keswan B Malang.
Sembilan ekor ternak sapi milik warga di Situbondo mati secara tak lazim. Ternak yang semula sehat tiba-tiba tubuhnya gemetar, lalu ambruk dan mati. Dalam lima hari ini, sudah ada sembilan ekor ternak sapi milik warga Desa Bantal, Kecamatan Asembagus, yang mati mendadak dengan gejala tersebut. (fat/fat)