Seperti yang dilakukan salah seorang warga, Handoko (45). Ia menyiapkan kue, permen dan jeruk. Kemudian jika ada warga yang berkunjung, mereka ajak makan.
"Ini wajib ada kalau ada tamu atau keluarga yang datang. Kalau Imlek gini kita ngumpul semua," kata Handoko.
"Dulu rumah ini kadang kuda kata bapak saya, sumurnya juga masih ada. Terus dibuat permukiman zaman belanda. Terus dibuat rumah petak-petak kemudian disewakan," beber Handoko.
Menurutnya, kawasan ini ramai setelah gubernur dan wali kota menjadikan kampung tersebut sebagai pecinan. Selain itu, warga juga antusias untuk merayakan Imlek agar kelestarian budaya Tionghoa tetap terjaga.
Handoko bekerja sebagai pembuat pintu kayu di Jalan Semarang. Kini ia tinggal bersama istri dan tiga anaknya serta ibunya. Rumah berukuran 5x4 meter tersebut dibuat bertingkat alakadarnya. Ruang tamu ada di bawah sedangkan tempat tidur di atas.
"Ayah saya yang asli Tionghoa tapi sudah meninggal. Ibu saya Jawa asal Kediri," pungkas Handoko.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini