Kampung Tambak Bayan berada Kelurahan Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan, Surabaya. Kampung tersebut hanya terdiri dari satu RT yang memiliki 50 KK.
Kemudian 90 persen dari penduduk Kampung Tambak Bayan merupakan warga keturunan Tionghoa. Meski terbilang pecinan kecil, mereka antusias merayakan Imlek 2020.
Warga di Kampung Tambak Bayan menghuni bangunan bekas kandang kuda. Di kawasan itu terdapat satu bangunan besar dan belasan bangunan yang dipetak-petak berukuran 4x5 meter.
Ketua RT 02 RW 02 Seno bercerita, dulu Kampung Tambak Bayan merupakan kandang kuda yang luas. Kemudian di era kolonial belanda dibangun petak-petak dan disewakan.
"Ini dulu kadang kuda. Makanya samping-sampingnya itu ukurannya kanan kiri ukurannya sama 4x5 meter," kata Seno kepada wartawan di Kampung Tambak Bayan, Sabtu (25/1/2020).
Pantauan detikcom, warga menyiapkan makanan khas Imlek di rumah masing-masing. Warga kemudian saling berkunjung dan bertukar makanan.
Seperti yang dilakukan salah seorang warga, Handoko (45). Ia menyiapkan kue, permen dan jeruk. Kemudian jika ada warga yang berkunjung, mereka ajak makan.
"Ini wajib ada kalau ada tamu atau keluarga yang datang. Kalau Imlek gini kita ngumpul semua," kata Handoko.
"Dulu rumah ini kadang kuda kata bapak saya, sumurnya juga masih ada. Terus dibuat permukiman zaman belanda. Terus dibuat rumah petak-petak kemudian disewakan," beber Handoko.
Menurutnya, kawasan ini ramai setelah gubernur dan wali kota menjadikan kampung tersebut sebagai pecinan. Selain itu, warga juga antusias untuk merayakan Imlek agar kelestarian budaya Tionghoa tetap terjaga.
Handoko bekerja sebagai pembuat pintu kayu di Jalan Semarang. Kini ia tinggal bersama istri dan tiga anaknya serta ibunya. Rumah berukuran 5x4 meter tersebut dibuat bertingkat alakadarnya. Ruang tamu ada di bawah sedangkan tempat tidur di atas.
"Ayah saya yang asli Tionghoa tapi sudah meninggal. Ibu saya Jawa asal Kediri," pungkas Handoko.
(sun/bdh)