Bagaimana Tanah di Jombang Bisa Bergoyang, Begini Asal Usulnya

Bagaimana Tanah di Jombang Bisa Bergoyang, Begini Asal Usulnya

Enggran Eko Budianto - detikNews
Jumat, 13 Des 2019 17:28 WIB
Tanah di areal persawahan yang bergoyang (Foto: Enggran Eko Budianto)
Jombang - Dua petak sawah di Desa Banjardowo dan Denanyar, Kecamatan/Kabupaten Jombang bergoyang saat diinjak-injak orang. Fenomena unik ini terjadi sejak puluhan tahun silam. Dulunya tanah persawahan itu berupa rawa.

Tanah yang bergoyang itu salah satunya terletak di Dusun Gedangkeret, Desa Banjardowo. Luasnya sekitar 20 x 20 meter persegi. Permukaan tanah ini nampak bergelombang saat dinjak-injak.

Sedangkan tanah bergoyang lainnya berada di tengah persawahan Dusun Sumbernongko, Desa Denanyar. Di titik ini, tanah yang bergoyang luasnya lebih dari 400 meter persegi.

Kepala Dusun Gedangkeret Mujiono (55) mengatakan, sekitar tahun 1950-an, tanah bergoyang itu masih berupa rawa. Menurut Mujiono, luas area rawa tersebut mencapai 1.400 meter persegi. Kedalaman kubangan air rawa itu ada yang lebih dari 10 meter.


Pada masa itu, rawa tersebut menjadi bagian dari tanah milik almarhum Dirah seluas 11.200 meter persegi. Dirah merupakan warga Dusun Gedangkeret. Selanjutnya, sawah tersebut diwariskan Dirah ke anaknya bernama Sukan.

"Oleh sukan, airnya mulai dibuang ke Sungai Ombo di sebelah utaranya dengan cara dibuatkan parit. Sehingga rawa semakin sempit, sekitar tahun 1985 mulai ditanami padi oleh Sukan," kata Mujiono saat ditemui detikcom di rumahnya, Jumat (13/12/2019).

Pada tahun 1990an, lanjut Mujiono, sawah itu dijual Sukan ke Pemerintah Desa Tunggorono. Saat ini, sawah seluas 11.200 meter persegi itu menjadi tanah ganjaran bagi Kepala Dusun Tunggul, Desa Tunggorono.


Tonton juga Horor Tanah Bergerak di Tasikmalaya, 146 Rumah Rusak :



Kubangan air di rawa yang disebut warga sekitar Rowojali itu semakin menyempit sejak adanya upaya pencarian sumber minyak bumi di Dusun Gedangkeret. Menurut Mujiono, pengeboran untuk mencari minyak tahun 2015 itu mengakibatkan air di rawa kian surut.

"Sejak ada pengeboran itu Rowojali tidak lagi mengeluarkan air. Sehingga menjadi tanah berlumpur yang bergerak-gerak saat diinjak," terangnya.

Sayangnya, Mujiono tidak tahu persis asal mula lumpur yang membuat permukaan Rowojali sama dengan sawah di sekitarnya. Sementara salah satu orang yang dituakan di Dusun Gedangkeret, Damun (74) menuturkan, Rowojali pernah diterjang banjir lumpur sekitar tahun 1963-1964. Menurut dia, banjir lumpur berasal dari kawasan perbukitan Tunggorono di sebelah selatan Rowojali.

"Lumpurnya mengendap di situ hingga menumpuk. Selama ini tidak pernah ada pengurukan," ungkapnya.


Fenomena tanah bergoyang ini berada di tengah areal persawahan Dusun Gedangkeret, Desa Banjardowo. Sekilas hamparan sawah bekas tanaman padi di sebelah utara permukiman penduduk itu nampak normal.

Namun, sekitar 150 meter di sebelah barat jalan kampung dijumpai tanah yang bisa bergelombang. Tanah bergelombang ini luasnya sekitar 20x20 meter persegi.

Sebagian permukaannya ditumbuhi rumput. Sebagian yang lain bekas ditanami padi. Ada juga titik di tengahnya sekitar 3x3 meter persegi masih berupa kubangan lumpur yang dalam.

Saat detikcom menginjak tanah ini di satu titik dengan diinjak-injak, seketika tanah di sekitarnya bergerak layaknya gelombang air. Beberapa titik akan amblas saat dipijak.
Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.