Jember - Seorang kakek berusia 80 tahun, memilih tinggal di
kuburan. Sekitar 30 tahun, kakek yang akrab disapa Mbah Mojo ini tinggal di gubuk yang dibuatkan warga.
Pemakaman umum tempat tinggal Mbah Mojo berada di Lingkungan Kebondandang, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari. Sebelum menetap di sana, pria sebatang kara ini mengaku sebelumnya berpindah-pindah tempat.
"Saya sudah 30 tahun di sini, sebelumnya pindah-pindah di sekitar sini, juga sama di Gumuk," kata Mbah Mojo saat ditemui, Kamis (24/10/2019).
 Mbah Mojo/ Foto: Yakub Mulyono |
Menurut Mbah Mojo, sebelum menjalani hidup seperti saat ini dirinya pernah menjalani hidup berumah tangga. Dia bersama istri kala itu tinggal di Desa Sumberjeruk, Kecamatan Kalisat.
"Dulu saya pernah nikah, tapi hanya setahun. Setelah itu cerai. Anak tidak punya, bapak dan ibu sudah meninggal. Tidak ada saudara," ceritanya.
Setelah bercerai, Mbah Mojo meninggalkan rumah. Tujuannya adalah kawasan di Kota Jember. Dia berharap bisa memperoleh pekerjaan.
"Saya tidak punya uang dan harta benda apapun. Saya ke kota untuk mencari pekerjaan. Sampai akhirnya saya terpaksa tinggal di gua," kenang Mbah Mojo
"Pindah-pindah terus, sampai terakhir di gua lingkungan pemakaman ini. Terus sama orang-orang dibangunkan rumah (gubuk) ini," katanya.
Untuk mengusir sepi, di dalam gubuknya Mbah Mojo juga memelihara ayam, burung hantu, dan burung perkutut. Hewan peliharaannya itu jadi satu dengan kasurnya.
"Ya gini ini mas tempat tinggal saya, ditemani ayam, burung hantu, dan perkutut," tandasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Mbah Mojo bekerja serabutan. Pekerjaan apapun dilakukan, termasuk jika ada yang meminta membantu membersihkan makam.
"Pokok dimintai siapapun, saya kerjakan. Dari sana dapat uang, untuk beli nasi. Juga beli ayam untuk teman di sini," tambahnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini