Risma menambahkan, berdasarkan hasil kajian yang dilakukan ahli geologi, lokasi semburan merupakan bekas sumur pengeboran minyak dan gas zaman Belanda. Bahkan di beberapa wilayah di Surabaya juga banyak ditemukan bekas sumur serupa.
"Itu dulu sumur zaman belanda dan itu masih banyak di Surabaya. Wonokromo itu penuh," paparnya.
"Sebetulnya kalau mau, Surabaya ini kaya, cuman kan masalahnya sudah padat (permukiman) penduduk. Ini (Surabaya) sebetulnya banyak minyaknya," imbuh Risma.
Hal tersebut bisa dibuktikan, lanjut Risma, ketika menanam tanaman di Surabaya terbilang sulit tumbuh dan berkembang ketimbang di daerah lain. Namun karena dibantu dengan pupuk, vitamin dan lain-lain, maka tanaman tersebut akhirnya tumbuh juga.
"Di daerah lain ditanam begitu saja bisa tumbuh. Karena di Surabaya ini bawahnya (tanah) macam-macam," pungkas Risma.
Semburan minyak dan air tersebut mulai muncul dan diketahui warga pada Senin (23/9) sekitar pukul 13.00 WIB. Pada hari pertama, material yang disemburkan berupa lumpur. Namun pada hari berikutnya semburan tersebut lebih banyak mengeluarkan minyak bercampur air. Sedangkan saat ini, kadar minyaknya diperkirakan hanya tinggal sekitar 5 persen.
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini