Polisi menggeledah satu unit rumah di Kampung Salakan Jotawang, Pedukuhan Jotawang, Kalurahan Bangunharjo, Kapanewon Sewon, Bantul. Dari penggeledahan itu, polisi mengamankan buku-buku, HT, rompi dengan logo bertuliskan perisai dan beberapa keping CD.
Pantauan detikcom, sebuah truk polisi tampak terparkir di sekitar rumah terduga teroris berinisial DK (40). Sekitar jam 16.00 WIB sore tadi polisi meninggalkan lokasi penggeledahan. Sedangkan suasana di kediaman DK tampak lengang dengan kondisi pintu tertutup.
Kepala Pedukuhan Jotawang Arintoko mengatakan bahwa penggeledahan itu berawal saat anggota polisi mendatangi sekitar rumahnya sekitar jam 10 pagi. Selanjutnya, Ketua RT 8 diminta untuk menjadi saksi proses penggeledahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hari ini itu penggeledahan rumah terduga, kebetulan tadi Pak RT yang menyaksikan. Tadi setahu saya jam 10 (pagi) sudah di sini, tapi saya baru keluar tadi dan petugas sudah di sini," katanya saat ditemui detikcom di kediamannya, Sabtu (3/4/2021).
"Bilangnya tadi dari kepolisian saja, yang baru masuk dari Gegana untuk memastikan tidak ada barang-barang berbahaya," imbuh Arintoko.
Dia menjelaskan, rumah yang digeledah adalah milik pasutri berinisial DK dan istrinya SF. Dia menyebut jika DK merupakan asli Pemalang, Jawa Tengah.
"Yang digeledah rumahnya terduga DK, aslinya Pemalang tapi sudah jadi penduduk sini (Pedukuhan Jotawang) sejak tahun 2004," katanya.
Terkait keseharian DK, Arintoko mengaku tidak begitu tahu. Namun DK kerap bekerja di luar DIY, sedangkan istrinya membuka katering roti.
"Sehari-hari biasa, seperti kita-kita, baik tapi jarang di rumah. Dia bekerjanya di luar, kalau di luar kita tidak tahu detailnya seperti apa. Kalau istrinya bikin kue, pesanan-pesanan gitu," ucapnya.
Sedangkan dalam bersosialisasi dengan masyarakat, Arintoko menyebut jika DK aktif dalam kegiatan kampung. Bahkan jika memberi kajian tidak ada yang berbau radikalisme.
"Sering mengisi kajian tapi isi kajiannya tidak ada yang radikal, biasa saja. Kalau aktivitas kampung seperti warga lainnya, kerja bakti, ronda. Tidak ada yang aneh," katanya.
Terkait barang-barang yang dibawa polisi, Arintoko mengaku tidak ada yang berbau bahan peledak.
"Tidak ada benda-benda bebaru eksplosif dan sajam atau senjata api tadi yang dibawa. Dia itu sepertinya level pejabat, bukan yang kroco-kroco," ungkapnya.
Dia menambahkan jika saat penggeledahan, DK tidak ada di kediamannya. Pasalnya di kediamannya hanya ada istri dan karyawannya saja.
"Terduga itu ditangkapnya perjalanan dari Jakarta, setahu saya setelah kejadian di Mabes operasi besar-besaran, mungkin dari pengembangan itu," katanya.
Simak juga video 'Pengakuan Teroris di Jakarta: Simpatisan FPI, Ingin Ledakan Industri China':
Selanjutnya keterangan dari Ketua RT tentang sosok DK...
Sementara itu, Ketua RT 8 Handoyo, menjelaskan barang-barang yang dibawa oleh polisi dari kediaman DK. Menurutnya ada banyak barang yang dibawa.
"Tadi yang dibawa (polisi) seperti kamera digital, rompi ada tulisannya perisai (di bagian depan rompi), HP jadul, buku-buku, banner, stempel, CD, flashdisk dan HT jadul," katanya.
Menurutnya, penggeledahan di rumah DK berlangsung dari siang hingga sore. "Pemeriksaan dari setelah zuhur sampai setengah 5 sore. Tadi tidak ada yang seragaman, cuma dari Mabes tadi seragaman Gegana karena sterilisasi lokasi dulu sebelum penggeledahan," katanya.
Handoyo melanjutkan, jika DK sudah ber-KTP Bantul. Pasalnya dia sudah membeli tempat tinggal di RT 8 Pedukuhan Jotawang.
"Sudah lama di sini, 2008 beli rumah, sebelumnya ngontrak di tahun 2004. Kalau kesehariannya dia itu kerja seperti di LSM tapi banyak di luar Kota. Kalau istrinya punya usaha katering, istrinya dari Gorontalo," katanya.
"Yang jelas dia itu orangnya mobile, seminggu sekali bisa ke luar kota. Terus biasanya baru pulang seminggu sekali juga," imbuh Handoy.