Fakta di Balik Aksi Perangkat Desa Banyumas Pukul Bocah dan Terekam CCTV

Round-Up

Fakta di Balik Aksi Perangkat Desa Banyumas Pukul Bocah dan Terekam CCTV

Arbi Anugrah - detikNews
Sabtu, 27 Feb 2021 11:38 WIB
Ilustrasi kekerasan anak
Ilustrasi kekerasan anak. (Foto: iStock)
Banyumas -

Video rekaman CCTV seorang pria memarahi dan memukul seorang bocah berusia 10 tahun di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, beredar di media sosial. Keluarga korban menyebut pria yang merupakan perangkat desa itu juga memerintahkan anaknya untuk memukul korban.

"Kronologinya yang jelas di situ banyak orang di pinggir jalan, saksinya banyak, ponakan saya (korban) kan berinisial E. Bapak perangkat desanya berinisial M, anaknya juga M, itu kan biasa anak kecil lagi main petak umpet, yang M ini tidak diajak sama E, intinya perkelahian anak kecil biasa," kata tante korban, Dilla, saat dimintai konfirmasi detikcom, Jumat (26/2/2021)

Dia mengatakan jika saat itu keponakannya sempat berlari dan kebetulan M lewat jalan tersebut dan melihat anaknya menangis dan berkelahi. Bukannya melerai, kata Dilla, pria M memukul E dan meminta anaknya untuk membalas pukul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lari kan ponakan saya, bapaknya kebetulan lagi pulang kerja, itu kan jam 11-an mau zuhur, dipepet langsung lihat sendiri kan di video tidak di edit edit, ya seperti itu, dan yang sangat disayangkan ponakan saya sudah ketakutan minta maaf sampai nangis-nangis, kok malah langsung dipukulin lagi, malah menyuruh anaknya untuk memukuli kan, turun dari motor turun pukuli, pukuli lagi, gitu," ucapnya.

Akibat kejadian tersebut, keponakannya terus menangis dan tidak berani pulang ke rumahnya. Bahkan korban disebut tidak menceritakan kejadian tersebut kepada orang tuanya.

ADVERTISEMENT

"Ponakan saya sampai tidak mau cerita, anaknya sampai gemetaran, dia setelah kejadian nangis terus di warung itu, tidak mau pulang. Pulang pun tidak mau cerita apa-apa," ungkapnya.

Dilla bercerita kejadian tersebut sebenarnya sudah terjadi beberapa hari yang lalu, tepatnya pada Senin, 22 Februari 2021. Dia sendiri mengaku mengetahui hal tersebut setelah melihat video di status WhatsApp (WA) temannya serta melalui Facebook.

"Lalu saya langsung ke rumah pemilik CCTV, tapi itu setelah dua hari berlalu. Awalnya tidak ada yang tahu (video itu), keluarga juga tidak ada yang tahu sama sekali. Itu hanya lewat video wa saja FB pribadi saja," ucapnya.

"Jadi kejadiannya sudah beberapa hari lalu, saya posting kan sudah dua hari setelah kejadian, karena memang anaknya tidak ngomong, orang tua tidak tahu kalau sudah diperlakukan seperti itu," jelasnya.

Karena penasaran, dia langsung mencari tahu video lengkap kejadian tersebut dari pemilik CCTV. Dilla baru mendapatkan video tersebut pada hari Rabu, 24 Februari 2021 sore. Dia mengungkap ternyata sebelumnya pelaku pemukulan sudah lebih dulu datang ke pemilik kamera CCTV dan meminta video itu dihapus.

"Tapi yang disayangkan itu, bukan meminta maaf dulu kepada pihak korban malah pelaku ke rumah pemilik CCTV tersebut untuk diminta dihapus videonya. Kebetulan pemilik CCTV pendatang, dia orang Jakarta, akhirnya di-take down lah videonya di Facebooknya. Tapi untuk dokumen aslinya alhamdulillah tidak dihapus," ujarnya.

Hingga akhirnya Dilla memposting rekaman CCTV itu di akun Facebook pribadinya. Dia berharap ada efek jera dari pelaku agar tidak mengulangi hal serupa.

"Hanya sebatas sanksi sosial aja sih, sudah minta maaf, tapi minta maafnya kayak gitu, ya inginnya minta maaf secara tulus lah," jelasnya.

Saat ini, Dilla mengatakan jika kondisi keponakannya sudah berangsur membaik. Tidak seperti saat awal setelah kejadian tersebut.

"Alhamdulillah sekarang sudah membaik, sudah diberikan banyak support kan oleh keluarga, jadi tahu dia kalau ada yang melindungi, soalnya itu masalah kecil anak kecil, cuma ditambah orang dewasa dicaci maki depan umum jadi kayak trauma tapi tidak yang berat banget tidak, alhamdulillahnya," tambahnya.

Selanjutnya, kata polisi dan kepala desa terkait peristiwa itu...

Diwawancara terpisah, Kapolsek Wangon, AKP Suprijadi, membenarkan peristiwa itu terjadi di wilayahnya. Dia menyebut masalah ini dimediasi oleh aparat pemerintah desa.

"Saya sudah telepon Kades Wangon bahwa terkait masalah itu akan di mediasi di desa. Kami tetap memonitor perkembangan melalui Bhabinkamtibmas yang akan ikut mendampingi mediasi," kata Suprijadi.

Sedangkan Kepala Desa Wangon, Supriyadi, juga sudah memberi klarifikasi terkait kejadian itu. Dia membenarkan pelaku merupakan perangkat desanya.

"Pelaku ya (perangkat Desa Wangon), itu saya baru tahu kalau itu perangkat, baru tahu semalam, dan pihak korban datang untuk laporan, dan tadi pagi baru kita panggil yang bersangkutan yaitu perangkatnya. Walau di video tidak menunjukkan perangkat Desa Wangon tapi karena hal tersebut, kita klarifikasi langsung," kata Supriyadi saat dihubungi detikcom, Jumat (26/2).

Dia juga sudah memanggil dan meminta penjelasan langsung dari perangkat desa tersebut. Korban juga sudah dimintai klarifikasi dan mengaku tak punya tuntutan pada pelaku.

Dia menjelaskan jika upaya untuk melakukan mediasi dan klarifikasi baru akan dilakukan pada Senin, (1/3). Selain meminta klarifikasi, dia juga akan mempertimbangkan sanksi apa yang akan diberikan terkait kejadian tersebut.

"Seperti yang beredar di media sosial itu kan orang tua kesannya lihat anaknya nangis dan karena lihat anaknya nangis terus ikut serta melakukan hal tersebut seperti di video. Tapi setelah terjadi, itu perangkatnya down, kok jadi seperti itu, karena khilaf dan sebagainya sampai viral. Sudah saya sampaikan ke perangkat itikadnya seperti apa. Intinya menyadari semuanya, yang penting ada penyelesaian secara musyawarah mufakat, dilakukan hari Senin, insyaallah, untuk meredam kondisi situasi yang ada agar di masyarakat itu tetep adem ayem," ucapnya.

Dia juga mengungkap kedua pihak keluarga merupakan tetangga dekat dan masih sering bertemu. Sehingga keluarga korban tak menuntut apapun dari pelaku pemukulan.

"Untuk meredam warga apalagi viral di media sosial, pelaksanaan mediasi musyawarah seperti apa, sanksi seperti apa kita lakukan klarifikasi," jelasnya.

"Karena yang memviralkan ke media sosial juga bukan orang Wangon, tetangga desa yang bersaudara dengan si korban. Malah justru keluarganya yang tidak terima, kalau korban dan orang tuanya karena biasa jogrokan bareng. Semuanya karena didasari khilaf, harusnya diredam, tapi justru keluarga yang di luar desa Wangon yang masukkan di media sosial," ungkapnya.

Halaman 2 dari 2
(arb/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads