Data kasus aktif kasus virus Corona (COVID-19) antara pemerintah pusat dan Kota Semarang berbeda. Dinas Kesehatan Kota Semarang melakukan pencocokan data dan menemukan ada selisih 1.467 data di pusat yang tidak ditemukan di data Pemda.
"Beberapa hari lalu saat berita tersebut muncul, saya langsung menghubungi Kepala Dinas saya untuk mengonfirmasi data ke pusat. Setelah beberapa hari dikomunikasikan dan analisa serta pencocokan data dengan pusat, ternyata ada temuan-temuan kurang pas dengan data kami di Semarang," kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi lewat pesan tertulis kepada wartawan, Rabu (9/9/2020).
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam menyebut sejak ada perbedaan data yang mencolok pada 31 Agustus 2020 lalu, pihaknya melakukan pengecekan. Pengecekan data itu dilakukan keseluruhan baik kasus aktif maupun kasus probabel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah kami dapat data dari pusat dalam bentuk excel, kami lakukan verifikasi atau kita lihat satu-satu. Ternyata dari 2.600 sekian (data pusat), 1.467 tidak ditemukan, kemudian data yang discarded 56 (tapi di pusat masih aktif). Yang aktif di (data) Kota Semarang ada 216," jelas Hakam saat ditemui di kantornya.
Dari hasil verifikasi antara data pusat dan Kota Semarang juga ditemukan 927 kasus nonaktif yang masih dihitung aktif di pusat. Beberapa problem yang ditemukan lainnya yaitu ada data ganda kemudian ada juga data hasil laboratorium yang masih kosong.
Hakam pun berharap agar petugas di pemerintah pusat bisa kroscek data ke daerah. Sehingga diharapkan data yang disampaikan valid.
"Jadi memang kalau saya bisa menyampaikan, bahwa data yang disampaikan di teman-teman pusat dikroscek ke kabupaten/kota," jelasnya.