"Dulu masih rata dengan tanah, dilewati orang, diinjak. Bapak saya kan kejawen, dapat bisikan disuruh memperbaiki makam," ujar wanita berusia 70 tahun itu.
Saat ayahnya masih hidup, warga sempat ingin memindahkan makam itu karena mengganggu jalan. Namun akhirnya batal karena dikhawatirkan terjadi sesuatu hal buruk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 3 Perusahaan di Semarang Jadi Klaster Corona |
Hingga kini hanya Wulastri yang masih merawat makam itu. Meskipun, banyak juga yang seminggu sekali datang untuk berziarah. Para peziarah itu datang dari luar kota, misalnya Surabaya dan Wonogiri.
"Setiap hari saya yang bersihkan, nyapu. Kadang kalau malam Jumat ada yang ziarah," ujar dia.
Meski tak tertulis di pusaranya, warga sekitar ternyata mengetahui nama tiga bayi tersebut.
"Namanya Nggoro Kasih, Den Bagus Kintir dan Mbok Roro Setu. Tapi tidak ditulis di makam," tutur Wulastri.
(sip/sip)