Percaya Nggak Percaya, Ini Cerita Mistis Seputar Makam Mbah Precet

Percaya Nggak Percaya, Ini Cerita Mistis Seputar Makam Mbah Precet

Kartika Bagus - detikNews
Kamis, 02 Jul 2020 18:50 WIB
Bicara soal makam yang terletak di lokasi tak biasa, ternyata ada juga di Kota Solo. Tepatnya di pinggir jalan kampung Teposanan, Kelurahan Sriwedari, Solo.
Makam Mbah Precet di pinggir jalan kampung Solo. (Foto: Kartika Bagus)
Solo -

Makam Mbah Precet yang terletak di pinggir jalan kampung Teposanan, Kelurahan Teposanan, Kelurahan Sriwedari, Solo diyakini bertuah. Banyak cerita mistis yang dialami warga di sekitar area makam.

Salah satunya diceritakan Saliyanti (69) warga Cemani Grogol, Sukoharjo. Dia sempat tinggal di kawasan Sriwedari pada tahun 1969 sampai dengan 1982. Dia menyebut kerap ada orang yang kenduri di makam Mbah Precet tersebut.

"Bancakannya pakai lemper, sambel goreng tolo, sama lontong dan kerupuk merah. Pokoknya ikut bancakannya Mbah Precet. Kalau tidak ada ritual bancakan, dipercaya orang yang punya hajatan selalu ada halangan, entah makanan nggak matang atau ada apa apa," kata Saliyanti saat ditemui di warung sotonya tak jauh dari makam Mbah Precet, Sriwedari, Solo, Kamis (2/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saliyanti mengenang dia juga banyak menerima kenduri dari orang yang berziarah ke Makam Mbah Precet. Sebab, kala itu dia tinggal persis di sebelah barat Mbah Precet.

"Hanya bancaan pada nyenyuwun (meminta), tidur-tidur di situ, habis itu bancakan," terangnya.

ADVERTISEMENT

Hal yang sama juga disampaikan Ketua RT 02, RW 002 Kampung Teposan, Sriwedari, Laweyan, Solo, Kardi (46). Kardi menyebut banyak pengendara sepeda motor yang melintas di sekitar makam tiba-tiba menabrak tiang karena mengaku menghindari seseorang di lokasi tersebut.

"Pernah dan sering menyaksikan orang pakai motor tiba-tiba menabrak tiang telepon di dekat Makam Mbah Precet. Ketika ditolong bilangnya menghindari orang berdiri di dekat situ, padahal di dekat situ sepi nggak ada orang lain," kata Kardi saat ditemui kemarin.

Tak hanya Kardi, mantan ketua RT setempat, Sumanto (73) juga bercerita soal lampu di area GOR Bakti atau Sritex yang mendadak mati. Lokasi makam Mbah Precet memang terletak di sisi barat berbatasan langsung dengan pagar Gelanggang Olahraga (GOR) Sritex.

"Pernah suatu ketika ada mobil yang tak sengaja parkir di atas makam tersebut. Akibatnya, lampu di dalam GOR Bakti atau Sritex padam," ceritanya.

Setelah mobil itu dipindahkan dari atas makam Mbah Precet, percaya nggak percaya barulah lampu di area GOR menyala kembali.

"Kemudian ada 'orang pintar' dari Surabaya yang bilang ada mobil yang menginjak makam. Setelah mobil itu dipindah lampu di dalam GOR kembali menyala," terang dia.

Makam Mbah Precet ini biasa ramai pada hari Selasa dan Jumat. Biasanya sekitar pukul 21.00 WIB ada orang yang datang untuk berdoa maupun menebar bunga di makam tersebut.

Lokasi makam Mbah Precet mulanya merupakan bekas area pemakaman. Makam-makam di area tersebut kemudian dipindah ke lokasi lain pada sekitar tahun 1980-an. Hanya satu makam yang akhirnya tidak dipindah, yakni makam Mbah Precet.

Sebelumnya, Ketua Komunitas Sejarah di Solo yakni Solo Societeit, Dhani Saptoni, mengatakan berdasar cerita masyarakat, Mbah Precet ini seorang bromocorah atau penjahat.

"(Mbah Precet) Yang dihukum mati kemudian dimakamkan di situ, dan pada zaman dahulu di sekitar lokasi itu sangat angker," kata Dhani.

Bicara soal makam yang terletak di lokasi tak biasa, ternyata ada juga di Kota Solo. Tepatnya di pinggir jalan kampung Teposanan, Kelurahan Sriwedari, Solo.Potret Makam Bertabur Bunga di Pinggir Jalan Kampung Solo Foto: Kartika Bagus

Namun, lanjut Dhani kalau dilihat dari toponimi atau asal usul penamaan wilayah, kata Dhani, arti Precet adalah orang kecil. Dhani menceritakan Kampung Teposonan tempat Mbah Precet dimakamkan, ada tiga tokoh penting yang menjadi penanda Kampung Teposonan.

"Yakni Teposono 1 di era Panembahan Senopati, awal Kerajaan Mataram Islam. Teposono ke-2 adalah putra Amangkurat IV adalah ayah dari RM Garendi (Sunan Kuning) pemimpin pemberontakan Geger Pecinan di Kartasura, karena sakit hati terhadap peristiwa hukuman mati ayahnya. Sementara yang terakhir adalah Teposono 3 putra dari Paku Buwono ke-4", urainya.

"Lantas pertanyaannya, apa hubungan Kiai Precet dengan dua tokoh Teposono ini, yang jelas ketiganya sama-sama dihukum mati. Dan semuanya adalah tokoh yang menjadi legenda di bumi Mataram," lanjut Dhani.

Halaman 3 dari 2
(ams/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads