Siswa SMK di Ciamis meninggal dunia usia divaksinasi. Selain itu ada prostitusi online di Bandung yang dibongkar polisi.
Berikut rangkuman dalam Jabar hari in, Selasa (7/9/2021):
Siswa SMK di Ciamis Meninggal Usia Divaksinasi
Siswa kelas XI SMK swasta di Kabupaten Ciamis meninggal usai sehari divaksinasi COVID-19. Menanggapi hal ini, Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra meminta masyarakat untuk jujur dengan kondisi tubuh saat akan divaksinasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yana mengungkapkan siswa tersebut memiliki riwayat penyakit bawaan. Namun, kata dia, kemungkinan siswa itu tidak menyampaikan saat tahapan skrining.
"Bukan karena vaksin, tapi memang siswa ini sudah ada penyakit bawaan. Ketika skrining ada kesalahan," ujar Yana usai memantau vaksinasi di Pesantren Ar Risalah, Cijantung, Ciamis, Selasa (7/9/2021).
Yana meminta masyarakat yang akan menjalani vaksinasi COVID-19 harus jujur dengan kondisi masing-masing. "Sampaikan kalau punya penyakit apa, sedang berobat jalan. Jelaskan kondisi yang sebenarnya tubuh kita saat skrining. Jadi tolong jujur," ucap Yana.
Sekadar diketahui, Cahyono, siswa kelas XI SMK swasta di Kabupaten Ciamis, meninggal setelah sehari divaksinasi COVID-19. Kronologinya, remaja lelaki tersebut menjalani vaksinasi di SMAN 1 Sindangkasih pada Rabu (1/9) pagi. Namun, pada sore harinya, ia mengeluh lelah dan sempat meminta makan daging ayam.
Orang tua sempat melihat Cahyono mengalami kejang pada Kamis (2/9) subuh. Kemudian keluarga menghubungi dokter. Saat dokter tiba ke rumahnya, siswa tersebut sudah meninggal.
Simak video 'Miris! Keluarga di Cianjur Tinggal Satu Atap dengan Kandang Kambing':
Kasus Pembunuhan Subang, Yosep Diperiksa 7 Kali
Yosep suami dari Tuti Suhartini (55) dan ayah dari Amalia Mustika Ratu (23) korban pembunuhan di Jalan Cagak, Subang, kembali dipanggil dan di periksa oleh penyidik dari Satreskrim Polres Subang.
Yosep datang dan masuk ke gedung Satreskrim pada Senin (06/09) pukul 15.30 WIB bersama tim kuasa hukumnya. Ia diperiksa selama hampir 9 jam dan baru selesai pemeriksaan pada Selasa (07/09) sekitar pukul 00.30 WIB.
"Pemeriksaan hari ini isinya pengulangan, semua materi yang di BAP sebelumnya diulang kembali, ditegaskan kembali dan barusan yang memimpin BAP-nya langsung ibu kapolres sama 1 orang penyidik," ujar Rohman Hidayat, kuasa hukum Yosep usai mengikuti pemeriksaan, Selasa (7/9/2021).
Baca juga: Posyandu di Sukabumi Ambruk, 10 Orang Luka |
Rohman menyebutkan, dalam pemeriksaan itu kliennya yakni Yosep menjawab dengan jawaban yang sama meski sudah tujuh kali dilakukan pemeriksaan.
Ia menuturkan awal pulang ke rumah melihat rumah berantakan, lapor polisi hingga menemukan anak dan istrinya tewas di tumpuk di bagasi mobil Alphard miliknya.
"Kurang lebih 20 pertanyaan mengulang apa yang sudah di BAP-kan, ya kalau memang kita diperlukan oleh pihak penyidik, kita akan hadir lagi kalau masih diperlukan tapi sejauh ini kita sudah 7 kali diperiksa dan beberapa kali diulang isinya tetap sama tidak ada yang berubah hanya penegasan saja bahwa memang seperti yang diceritakan di awal," ungkapnya.
Hingga hari ke-21, polisi belum mengungkapkan siapa pelaku itu pembunuhan ibu dan anak di Subang. Pihak kepolisian saat ini masih terus melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
Pelet Marongge di Sumedang
Sejumlah foto perempuan berparas cantik tergeletak di atas pusaran makam yang dikeramatkan, lengkap dengan taburan bunganya. Sementara botol-botol air berjejer di belakang kedua nisannya.
Para pengunjung datang silih berganti lalu duduk bersimpuh mengelilingi kuburan itu. Mereka kemudian mengutarakan maksud dan tujuan kepada sang juru kunci yang kelak akan membimbingnya dalam menjalankan ritual.
Beragam keinginan seperti sehat jasmani, sukses berkarir, jadi orang kaya, subur dalam bertani, dan permohonan lainnya terlontar dari mulut para pengunjung. Namun yang paling banyak adalah soal perjodohan.
Makam keramat Marongge paling terkenal dengan kekuatan asihan atau peletnya. Para pengunjung yang memiliki maksud tersebut biasanya menjalankan beberapa tahapan ritual, di antaranya mandi kembang, bertawasul, minum air doa, lalu mandi di aliran Sungai Cilutung Sumedang sambil melarungkan celana dalam yang dipakainya saat itu.
Makam keramat Marongge yang berada di Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang ini, sudah terkenal di kalangan para peziarah. Bahkan menurut kabar, satu dua peziarah ada yang datang dari luar negeri.
Makam keramatnya sendiri terletak di dalam sebuah bangunan yang berada di tengah-tengah Tanah Pemakaman Umum (TPU) yang terbilang cukup tua di Marongge. Itu dapat terlihat dari bentuk beberapa nisan dan tatanan kuburannya yang sudah berantakan.
Selain kuburan, di sana juga ada sebuah batu yang dikeramatkan. Batu tersebut menyerupai bentuk kursi yang dibalut dengan kain putih. Bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke tempat ini, kesan aura mistis dan angker mungkin akan terasa. Begitu pun saat detikcom mendatangi tempat tersebut belum lama ini.
Namun tidak bagi para peziarah, seperti Wadi (54), warga asal Cikampek yang berniat akan bermalam di sana. Makam keramat Marongge menjadi tempat keduanya setelah sebelumnya bermalam di makam keramat Galuh, Ciamis.
"Ini tempat kedua, kemarin saya bermalam di makam Galuh," ujarnya saat diajak berbincang oleh detikcom.
Berziarah ke makam-makam keramat mulai ia lakukan diawal tahun 2021 atau saat pandemi COVID-19 melanda. Sejumlah makam keramat di Jawa Barat, satu-satu sudah ia datangi. Selain ada mimpi yang ingin terkabul, berziarah baginya adalah meminta syariat dan menyucikan diri.
"Makam keramat yang sudah dikunjungi, beberapa di antaranya Gunung Salak Sukabumi, Godok dan Pameungpeuk Garut, Situ Lembang Bandung Barat bahkan saya sampai ke Nusa Kambangan Cilacap," terangnya.
"Hakikatnya yang menentukan Allah, kalau tujuan semacam dalam tani atau dagang, kalau saya sendiri petani berharap taninya lancar padinya bagus-bagus," tambahnya.
Dalam berziarah, ia tidak sembarangan memilih tempat tapi ada petunjuk dari seseorang yang dituakan olehnya. Orang tersebut berada di sekitar Makam Keramat Dayeuh Luhur di Kecamatan Ganeas, Sumedang.
"Setelah sehari atau dua hari di sini (makam Marongge), rencana akan ke Dayeuh Luhur, ke 'Kapi Sepuh' (seseorang yang dituakan) ya minta petunjuk gimana-gimananya," ucapnya.
Selain Wadi, ada juga warga dari Cianjur, yakni Asep Subilar (23) dan Okta Priyanto (18). Bagi Asep, berziarah ke makam-makam keramat sudah menjadi kegemarannya. Sama halnya dengan Wadi, Asep memiliki seseorang yang dituakan untuk menuntunnya saat akan menziarahi tempat lainnya.
"Sekarang di sini dulu sampai selesai, entah besok atau lusa saya berangkat ke Kuningan dan Indramayu tapi tidak tahu ke makam mana, saya hanya diberitahu nama dan tempatnya saja, kalau di Kuningan itu saya harus ke daerah Cikijing," ucapnya.
Makam Keramat Marongge sendiri, ia ketahui dari kakaknya yang sama-sama gemar berziarah ke makam-makam keramat. Selain sebagai proses perenungan ada juga tujuan yang ingin dicapainya, yakni sukses dalam segala bidang.
"Kalau tujuan ya ingin sukses dalam segala bidang, kalau sukses dalam segala bidang, berbohong aja bisa sukses," ucapnya sambil bercanda.
Ahmad Sadeli (49), juru kunci Makam Keramat Marongge mengatakan sejak adanya pandemi COVID-19, jumlah kunjungan peziarah berkurang hingga 50 persen. Sementara sebelum adanya pandemi, jumlah peziarah yang datang rata-rata kurang lebih seratusan orang di hari biasa. Jumlah itu akan bertambah jika memasuki jumat kliwon yang mencapai hingga 500 orang.
"kalau Jumat biasa bukan Jumat kliwon rata-rata 200 orang, para peziarah datang dari Sumedang dan daerah di sekitarnya seperti Indramayu, Bandung, Jakarta, Cianjur, dan daerah lainnya," terangnya.
Ahmad menyebutkan bagi para pengunjung yang akan berziarah ke makam keramat Marongge terlebih dulu membeli air mineral botol, kembang, kemenyan dan minyak wangi yang telah disediakan di warung dekat gerbang makam.
"Minyak parfum biar wangi saja kalau dipakai, kalau syarat secara dohir cuma itu saja," ujarnya.
Prostitusi Online di Bandung Terbongkar
Polisi membongkar praktik prostitusi online di apartemen Bandung. Enam orang pekerja seks komersial (PSK) online dan muncikari diamankan.
"Jadi Satreskrim Polrestabes Bandung berhasil mengungkap perkara dugaan prostitusi online di apartemen," ucap Kaporlestabes Bandung Kombes Aswin Sipayung di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Selasa (7/9/2021).
Terbongkarnya praktik prostitusi online ini bermula dari adanya aduan masyarakat. Tim unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Bandung kemudian menelusuri ke lokasi pada Senin (6/9) kemarin.
Dari hasil penelusuran itu, polisi menemukan fakta adanya praktik itu yang dijalankan oleh seorang muncikari FN (20). Polisi kemudian membawa muncikari beserta 'anak asuhnya' itu.
"Mereka ini sudah satu tahun menjalankan bisnis ini," tuturnya.
Dari enam orang 'anak asuhnya' itu, berasal dari berbagai daerah. Dua di antaranya diketahui merupakan anak di bawah umur.
Menurut Aswin, dalam menjalankan bisnisnya FN menawarkan jasa kencan singkat melalui aplikasi online.
"Mereka masuk menggunakan aplikasi chat," kata Aswin.
Polisi saat ini masih melakukan pengembangan atas temuan tersebut. Termasuk memeriksa sejumlah saksi-saksi dari PSK online itu.
Keluarga di Cianjur Tinggal Satu Atap dengan Kambing
Satu keluarga di Kampung Tangkil Kaler Desa Babakankaret Kabupaten Cianjur tinggal satu atap dengan kandang kambing. Bahkan rumah pun tidak punya akses jalan karena tertutup bangunan dan benteng tetangga.
Rumah panggung berukuran 3x4 meter itu tampak sudah reyot. Bilik bambu pun sudah berlubang, dan diperburuk dengan atap yang juga sudah bocor.
Kandang kambing berada di bagian utara rumah tersebut, tepat di depan jendela rumahnya. Sehingga jika jendela dibuka bau kotoran kambing begitu menusuk hidung.
Siti Sumianti (38) pemilik rumah, mengaku sudah 9 tahun tinggal di rumah tak layak huni tersebut dengan suami dan enam anaknya.
Bertahun-tahun tinggal satu atap dengan kambing membuatnya tak begitu mempedulikan bau dari kambing dan kotorannya. Meskipun tak jarang juga dia merasa tak nyaman dengan kondisi tersebut.
"Saya tinggal disini sudah 9 tahun bersama keluarga saya. Memang bau tapi mau gimana lagi," kata dia, Selasa (7/9/2021).
Menurut Siti, kandang kambing tersebut baru dibangun beberapa tahun terakhir, setelah seorang warga mempercayakan dia dan suaminya Ace Sidik (38) untuk mengurus kambing.
"Kambing itu milik tetangga. Jadi saya hanya merawat dan memberi makan. Kalau nanti kambing ini beranak, anaknya jadi milik kami," ucap Siti.
Suami yang bekerja serabutan membuat dia pasrah dengan keadaan tersebut. Meski harus bersahabat dengan bau kambing, dia tetap berusaha tinggal dengan nyaman, berharap kambing beranak dan menjadi penghasilan tambahan.
"Untuk sehari-hari ngandelin dari suami, itu juga tidak besar karena kerjanya juga serabutan. Makanya mau merawat kambing, berharap anaknya banyak, terus kambing yang jadi hak saya kalau sudah besar bisa dijual," ucap dia.
Bahkan ternyata sejak dua tahun terakhir rumah tersebut tak memiliki akses jalan masuk. Pasalnya rumah tersebut kini dikelilingi rumah warga, dan jalan satu-satunya kini tertutup tembok dan bangunan tetangganya.
Untuk bisa ke rumahnya, mereka harus melewati teras rumah tetangganya."Sekitar dua tahun lalu ada jalan ke depan. Tapi sekarang sudah dipasang benteng karena itu tanah mereka. Kita pasrah aja mau gimana lagi. Jadi kalau mau masuk rumah, lewat teras rumah tetangga yang kebetulan masih keluarga juga," tutur Siti.
Kepala Desa Babakan Karet Isep Solihin mengatakan pemerintah akan merelokasi dan menyiapkan rumah tinggal baru untuk keluarga tersebut. Bahkan rencananya Pemprov Jawa Barat juga akan memberikan bantuan.
"Kita segera bangun rumah yang baru, lahannya sudah ada. Supaya keluarga tersebut, apalagi anak-anaknya bisa hidup layak. Dari pemprov juga ada bantuan," ujar Isep.