Sejumlah peristiwa berlangsung di Jabar hari ini. Dari mulai rekonstruksi bocah lima tahun dibunuh ayah dan dimasukkan ke toren hingga ibu yang hamil lalu melahirkan di Tasikmalaya alami depresi.
Berikut ulasan kabar dalam Jabar hari ini:
Keji! Reka Adegan Ayah Tega Tenggelamkan Anak ke Toren
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang ayah tega membunuh anak tirinya, Aulia Ekayanti (5). Balita perempuan ini ditenggelamkan ke dalam toren air di rumah kontrakan mereka di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pelaku Hamid alias Arifin (25) yang ditetapkan menjadi tersangka melakukan rekonstruksi dengan 30 adegan.
Rekonstruksi digelar di lokasi kejadian sekitar pukul 10.00 WIB, Selasa (21/7/2020) "Jadi hari ini kami melaksanakan rekonstruksi untuk menegaskan kembali dari keterangan-keterangan dari tersangka dan para saksi. Dan juga disinkronkan dengan adegan-adegan yang ada dalam proses rekonstruksi," ujar Kasatreskrim Polresta Bandung AKP Agta Buana Putra, Selasa (21/7/2020).
Tersangka melakoni 30 adegan dalam rekonstruksi tersebut. Dari awal mula membawa korban ke lantai tiga rumah kontrakan hingga menenggelamkannya ke dalam toren.
"Diperkirakan sekitar 30 adegan. Dari adegan yang kita laksanakan, sempat dari kamar menuju lantai tiga beberapa paksaan, mendorong korban untuk tetap berjalan. Begitu sampai di lantai tiga, tempat TKP itu, tersangka langsung mengangkat anak tersebut ke menuju (ke dalam) toren air," katanya.
Warga sekitar pun ikut menyaksikan reka ulang. Mereka meneriaki dan mengumpat di saat tersangka datang hingga kembalinya mobil tahanan.
Sebelumnya, jasad Aulia ditemukan di dalam sebuah toren air yang berada tepat di atas kontrakan pada Jumat (17/7/2020). Aulia diperkirakan meninggal pada malam hari (16/7/2020) sebelum jasadnya ditemukan mengambang di dalam toren.
Menurut kesaksian tersangka, dirinya kesal terhadap perkataan kasar korban. Selain itu, dalam melancarkan aksinya ia dalam kondisi mabuk.
"Pelaku saat melakukan itu dalam kondisi mabuk dan juga mengkonsumsi obat keras," katanya.
Akibat perbuatannya, tersangka terancam hukum 15 tahun penjara. Pasal yang disangkakan kepada tersangka adalah Pasal 80 ayat 3 UU RI Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak dan pasal 338 KUHPidana.
Viral Video Pemenangan RT Tebar Duit di Bogor
Sebuah rekaman video sekumpulan orang yang sedang berebut uang beredar di media sosial. Salah satu akun yang mengunggah video itu menulis hal tersebut terjadi saat pemilihan ketua RT di salah satu desa di Kabupaten Bogor.
"Menang dalam pemilihan RT... salahsatu calon terpilih merayakannya dengan menebar uang dan membuat kerumunan warga. Dalam caption video yang tersebar, ditulis uang yang disebar pecahan Rp 20 ribu. Diketahui pemilihan di Cilebut Barat, Sukaraja Kabupaten Bogor, Minggu 19 Juli 2020," tulis akun Bogor24jam pada Minggu (19/7/2020).
Hingga Selasa (21/7/2020) siang, rekaman video yang berdurasi 29 detik itu sudah diputar oleh lebih dari 5 ribu kali.
Dalam video tersebut, nampak seorang pria beberapa kali melemparkan uang kertas pecahan ke udara dan membiarkan uang tersebut berjatuhan ke arah warga yang sedang berkerumun. Saat itu juga warga langsung berebut mengambil uang yang berjatuhan sambil berteriak histeris. Beberapa lembar uang bahkan ada yang mendarat di atap rumah dan beberapa warga berupaya mengambilnya.
Lokasi pengambilan video diduga di lokasi penungutan suara pemilihan ketua RT setempat. Dalam video tersebut juga nampak meja dengan papan bertuliskan ketua dan anggota.
Ironisnya, banyak warga yang nampak dalam video tersebut tidak menggunakan masker dan tidak mempedulikan aturan menjaga jarak. Tanggapan beragam juga diungkap oleh netizen di akun pengunggah.
Beberapa akun menganggap tindakan penebar uang tersebut dianggap tidak mendidik bahkan mengaitkannya dengan kondisi pandemi karena banyak warga yang tidak menggunakan masker. Namun beberapa akun lainnya menganggap menebar uang seperti itu adalah hal yang biasa-biasa saja karena dilakukan pasca pemungutan suara.
"Bujug daaah (bahasa Betawi; ungkapan kaget) jadi RT nyebar duit apa lagi jadi anggota dpr niih," tulis akun @cing_kodir menanggapi unggahan video bogor24jam.
"Maaf gak mendidik kang..." tulis akun lainnya.
Kapolsek Sukaraja Kompol Ari Trisnowati Setioningsih membenarkan bahwa video tersebut memang terjadi di Kecamatan Sukaraja. Setelah dikonfirmasi, terungkap bahwa penebar uang bukan RT terpilih melainkan pendukungnya.
"Jadi sampai saat ini belum ada laporan ke Polsek Sukaraja, silakan apabila butuh kejelasan di lapangan langsung confirm ke kadesnya. Info dari Bhabin (Bhabinkamtibmas) bahwa yang menyebar uang bukan Ketua RT terpilih tetapi kakak iparnya," kata Kompol Ari dikonfirmasi detikcom. Uang yang ditebar pecahan Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.
70 Anak di Bandung Alami Kekerasan Sepanjang 2020
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat (DP3AMP) Kota Bandung mencatat ada 70 anak di bawah umur menjadi korban kekerasan bahkan terjerumus prostitusi online sepanjang tahun ini.
Dari informasi yang dihimpun, 20 anak menjadi korban kekerasan fisik, 20 anak menjadi korban kekerasan psikis dan 30 anak menjadi korban kekerasan seksual, termasuk terjerumus ke dunia prostitusi online.
"Kebetulan di Kota Bandung ada beberapa kejadian kekerasan seksual. Baik itu dari lingkungan sekitar, tapi itu sedikit, persentasenya tidak terlalu besar," kata Kabid Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak DP3AMP Kota Bandung Aniek Febriani di Balai Kota Bandung, Selasa (21/7/2020).
Aniek menyebut ada juga anak di bawah umur yang terjerumus prostitusi online. "Anaknya itu, masih di usia di bawah umur tapi sudah masuk ke dunia prostitusi. Kebanyakan mereka itu prostitusi online yang pakai aplikasi," ujar Aniek.
Ia menyebut, usia anak yang menjadi korban kekerasan itu di bawah 18 tahun. Meski begitu, ia tidak menyebutkan secara rinci jumlah anak yang menjadi korban kekerasan dan terjerumus prostitusi online.
"Di bawah 18 tahun, kalau yang seksual dan prostitusi itu gabung, sekitar 30 orang," ujarnya.
Pihaknya langsung melakukan pendampingan kepada para korban. Selain itu, orang tua korban juga turut aktif meminta pendampingan.
"Banyak orang tua datang, banyak yang kami lakukan pendampingan kepada orang tuanya, anaknya juga, kita kasih pendampingan dan konseling," ucapnya.
Selain itu, menurut Aniek kehadiran gadget yang saat ini bisa digunakan siapa saja merupakan penyebab anak-anak ini terjerumus prostitusi online.
"Sangat berpengaruh, karena yang online itu pakai gadget. Karena bukan hanya Me Chat, melalui Facebook dan aplikasi lainnya, kadang melalui Instagram juga," tutur Aniek.
2 Nakes di Sukabumi Positif COVID-19
Dua tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, positif virus Corona atau COVID-19 setelah mengikuti test swab secara massal yang digelar pada 17 Juni 2020. Hasil tes itu baru diketahui setelah satu bulan.
Informasi yang diperoleh detikcom, selama menunggu hasil tes, dua nakes yang bekerja di bawah Puskesmas Nagrak itu tetap beraktivitas seperti biasa.
"Spesimen swab massal diambil pada 17 Juni lalu, sangat disayangkan hasilnya diterima pada tanggal 17 Juli. Memang hasilnya ada nakes yang positif," kata Kepala Puskesmas Nagrak Yuyun Wahyuni, Selasa (21/7/2020).
Menurut Yuyun, dilihat dari runtutan kondisi saat ini masa infeksius disebutnya sudah lewat karena (uji-hasil) satu bulan yang lalu. Sebagai bentuk antisipasi pihaknya sempat membatasi pelayanan Puskesmas selama dua hari.
"Sebagai antisipasi, kita sedikit membatasi pelayan karena memang puskesmas juga pada dua hari kerja (setelah hasil diketahui) itu dilakukan dekontaminasi. Sehingga untuk efektivitas dekontaminasi itu maka kita membatasi mobilitas orang yang masuk ke dalam pelindungan puskesmas. Termasuk di puskesmas itu kan kadang yang parkir dan sebagainya kita batasi," tutur Yuyun.
Saat ini aktivitas puskesmas masih berjalan seperti biasa, namun protokol kesehatan dilakukan secara ketat. "Sekarang sudah kita buka seperti biasa. Kemudian terkait emergency dan sebagainya, kita masih buka baik secara langsung ataupun memang melalui media atau WA jaringan sosial," ujar Yuyun.
Ia membenarkan ada dua nakes yang saat ini menjalani masa isolasi mandiri. Mereka juga tidak beraktivitas selama menjalani proses tersebut.
"Ada dua orang nakes yang positif, sementara kita terima informasi itu kita putuskan cukup melakukan dekontaminasi. Kemudian kita juga besoknya melakukan rapid test. Jadi karena tahapan itu sudah kita lalui, minimal dekontaminasi, kita enggak sampai tiga hari tutup total. Kita tetap melakukan protokol kesehatan," ujar Yuyun.
Heni Nuraeni (28) ibu bayi yang mengaku hamil satu jam di Desa Mandalasari, Tasikmalaya mengalami depresi. Selain banyak dikunjungi tamu dari luar Desa, ibu bayi mengalami tekanan psikis karena banyak warga menanyakan perihal kehamilan yang singkat.
Hal ini diungkap KPAID Kabupaten Tasikmalaya yang melakukan investigasi, Selasa (21/07/2020). "KPAID Kabupaten Tasikmalaya turun ke lokasi usai mendengar info ibu hamil satu jam, kemudian melahirkan anak. Investigasi kesana anaknya sehat alhamdulillah," ujar Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto di kediaman orang tua Heni Nuraeni.
"Tapi ibu bayi mengalami depresi karena ibu bayi tidak siap nerima banyak tamu setelah Viral. Karena latar belakangnya jarang interaksi setelah viral kemudian dia mengalami tekanan psikis banyak orang pertanyakan kelahiran bayinya hanya satu jam," ucap Ato menambahkan.
KPAID Kabupaten Tasikmalaya akan melakukan pendampingan untuk Heni Nuraeni (28). Tak hanya pemulihan psikologisnya, KPAID juga akan periksakan kesehatan sang ibu bayi di rumah sakit.
"Kami akan dampingi psikis ibu korban dan kedua dampingi kesehatan ibu bayi. Kita akan bawa ke RSUD SMC untuk diperiksakan pascalahiran. Soalnya dia kan pernah sesar 19 bulan lalu. Nah sekarang lahiran normal. Khawatir ada gangguan di kandunganya maka akan kita periksa", tambah Ato.
KPAID Bersama Aparat Desa Mandalasari bersepakat agar Ibu bayi cepat pulih, kunjungan tamu sesuai izin kepala desa.