Seorang dokter inisial A dibesarkan dan dibiayai orang tuanya hingga meraih gelar dokter. Bahkan, orang tuanya ikut menyumbang pesta pernikahan anaknya hampir Rp 1 miliar di sebuah hotel bintang lima di Senayan, Jakarta. Tapi bukannya berterima kasih, dr A malah membalasnya dengan air tuba. dr A nyaris memukul orang tuanya dan mengumumkan di koran bila ia bukan anak orang tuanya lagi. Durhaka!
Namun demikian, kasih orang tua tidak pernah habis. Kedua orang tuanya tidak ada niat sedikit pun menginginkan anaknya masuk penjara.
"Sebenarnya klien saya tidak pernah menginginkan anak mereka masuk penjara. Mereka hanya ingin anaknya dinyatakan bersalah dan menyadari bahwa tindakan yang dia lakukan kepada kedua orang tua kandungnya tidak bisa dibenarkan dari sisi etika maupun dari kacamata hukum," kata kuasa hukum orang tua, Albert Kuhon, saat dihubungi detikcom, Rabu (27/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat perbuatan anaknya itu, kedua orang tuanya mengalami trauma mendalam. Rangkaian pilu yang bertubi-tubi itu membuat kedua orang tuanya depresi. Orang tua itu mengalami penderitaan psikis akibat konflik dengan anaknya.
"Kasus penganiayaan secara psikis memang sangat jarang dilaporkan. Kalau toh ada, penanganannya pembuktiannya cukup rumit. Pihak orang tua baru menempuh jalur hukum setelah dinyatakan putus hubungan melalui iklan akhir Mei 2017. Itu pun tidak langsung diproses, melainkan melalui upaya mediasi beberapa peluang yang tersedia," ujar Kuhon.
Sebelum sampai ke tingkat penuntutan, sudah berkali-kali ditempuh upaya perdamaian. Tetapi dr A yang sedang melanjutkan spesialis dokter itu tidak bersedia bertobat dan meminta maaf kepada orang tuanya.
"Bahkan dalam salah satu upaya perdamaian, dia berkata kepada orang yang berusaha mendamaikan bahwa bapaknya megalomaniak," ucap Kuhon.