Dentuman yang didengar secara luas di Jawa Tengah pada Senin (11/5) dini hari lalu hingga saat ini masih menjadi misteri. Beragam pendapat muncul terkait penyebab dentuman tersebut.
Fenomena dentuman itu terdengar secara luas di Jawa Tengah. Meliputi Boyolali, Solo, Karanganyar, Sragen, Grobogan, Blora, Kudus, hingga Pati.
"Suaranya keras sekali, sekitar pukul 00.30 WIB. Arahnya dari atas. Setelah itu saya rasakan getaran cukup kencang, dua buah genting saya sampai melorot," ujar Huriyanto, warga Desa Gading, Kecamatan Tanon, Sragen saat dihubungi detikcom, Senin (11/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Huriyanto melanjutkan usai mendengar suara kencang, seluruh anggota keluarganya langsung berlari keluar rumah. Namun setelah diperiksa, tidak ada apa-apa di luar. Hanya tersisa suara ternak yang turut resah merespons dentuman keras tersebut.
Salah satu warga Desa Klaling, Kecamatan Jekulo, Kudus, Subur (35) mengaku mendengar suara dentuman sekitar pukul 00.30 WIB. Semula dia mengira dentuman itu berasal dari suara ban truk meletus, sebab rumahnya berada di jalur Pantura Kudus-Pati.
"Suaranya dentuman sekali saja. Saya pikir ban mbledhos (meletus). Biasanya ada ban mbledhos karena rumah dekat dengan jalan raya," katanya kepada detikcom saat ditemui Senin (11/5) pagi.
Namun dia mengakui suara dentuman itu lebih keras dibanding dengan suara ban meletus yang sering dia dengar. Awalnya ia menganggap suara biasa, namun setelah membuka media sosial suara dentuman itu ramai diperbincangkan.
"Lebih keras ketimbang ban mbledhos. Dan ternyata lagi viral di medsos," jelasnya.
Sementara itu warga Pati dan Blora melihat benda mirip bintang jatuh di saat yang bersamaan dengan munculnya kabar tentang dentuman. Meski mereka mengaku tidak mendengar dentuman itu.
"Jam 00.19 seperti meteor jatuh berwarna hijau neon dan ekornya warna kuning api," ujar Dita Alif Ivan Syah, warga Desa Mojoagung, Kecamatan Trangkil, Pati kepada detikcom melalui pesan singkat, Senin (11/5).
Berdasarkan monitoring BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, dentuman tersebut tidak terkait dengan aktivitas seismik (gempa tektonik). Baik yang dipicu aktivitas sesar lokal maupun aktifitas zona subduksi selatan Jawa.
Kemudian jika melihat data meteorologis, awan hujan lebih terkonsentrasi di utara dan pesisir selatan Jawa. Hal ini konsisten dengan distribusi sambaran petir pada tanggal 10 Mei -11 Mei 2020, pukul 23.00 WIB sampai 05.00 WIB.
Bunyi sambaran petir juga berbeda dengan dentuman. Saat dentuman terdengar, pada waktu bersamaan sambaran petir sebagian besar terkonsentrasi pada wilayah utara, barat laut, barat, barat daya, selatan dan tenggara Jawa Tengah. Sehingga kecil kemungkinan suara dentuman tersebut dipicu oleh aktivitas sambaran petir.
BMKG menganalisis ada beberapa sumber yang bisa memicu dentuman misterius itu. Di antaranya sonic boom dari pesawat jet.
"Sonic boom ini merupakan shock waves atau gelombang kejut dari pesawat jet. Jadi ketika pesawat jet ini melebihi kecepatan suara maupun aktivitas vulkanik maka akan memicu suara seperti itu," kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie saat dihubungi detikcom, Senin (11/5).
Sementara itu Lanud Adi Soemarmo memastikan tidak ada kegiatan pesawat militer pada Senin (11/5) dini hari.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Adi Soemarmo, Kapten Sus Bambang Supriyatno, memastikan bahwa pada dini hari tersebut tidak tak ada jadwal latihan pesawat militer di area terdampak suara dentuman.
"Kalau pesawat militer kan homebase di Lanud Iswahyudi Madiun. Saya lihat tidak ada pengalihan ke sini. Tidak ada terbang malam," kata Bambang saat dihubungi detikcom, Senin (11/5).