Setidaknya 33 tentara Turki tewas dalam serangan udara di provinsi Idlib, Suriah. Militer Suriah disebut sebagai pelaku serangan udara tersebut. Serangan ini terjadi di tengah meningkatnya kekerasan di Idlib.
Gubernur Hatay, Turki yang berbatasan dengan Suriah, mengatakan bahwa puluhan tentara Turki lainnya terluka dalam serangan udara itu. Mereka telah dibawa ke Turki untuk menjalani perawatan medis.
Serangan udara di Idlib ini terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara Turki yang mendukung para pemberontak Suriah dengan Rusia yang merupakan sekutu rezim Suriah.
PBB dan pemerintah Amerika Serikat mengingatkan risiko meningkatnya kekerasan di wilayah tersebut.
"Tanpa tindakan segera, risiko eskalasi yang bahkan lebih besar meningkat tiap jam," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric dalam sebuah statemen seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (28/2/2020). Dia menyebutkan bahwa Sekjen PBB, Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata segera.
Kepala NATO, Jens Stoltenberg menyerukan penurunan eskalasi oleh semua pihak dalam "situasi berbahaya ini".
Dalam percakapan via telepon dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, Stoltenberg mengutuk serangan udara terus-menerus tanpa pandang bulu oleh rezim Suriah dan pendukungnya Rusia di provinsi Idlib".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Turki telah menyerukan rezim Suriah untuk mundur dari pos-pos observasi Turki di Idlib, sementara Moskow menuding Ankara membantu 'para teroris" di Suriah.
Sesuai kesepakatan dengan Rusia tahun 2018 untuk mengembalikan ketenangan di Idlib, Turki memiliki 12 pos observasi di wilayah itu -- namun sejumlah pos telah digempur pasukan Assad.
Usai serangan di Idlib ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menggelar pertemuan darurat di Ankara. Dengan tewasnya 33 tentara Turki dalam serangan terbaru ini, berarti sudah 53 personel keamanan Turki yang tewas di Idlib sepanjang bulan ini.