Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) punya nama-nama desa serta dusun unik dan nyentrik yang populer bagi pembaca detikcom pekan lalu. Di antaranya Dusun Koplak, Setan hingga Desa Cawet. Yuk tengok lagi sejarahnya.
1. Dusun Koplak
Dusun ini terletak di Padukuhan Ngemplak II, Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, DIY. Ternyata pemberian nama Koplak itu mengacu pada pada peristiwa zaman dulu, yakni saat gerobak dan andong menjadi transportasi utama pada zaman itu.
"Dulu ketika belum ada transportasi bermesin, andong dan gerobak itu berhenti di Dusun Koplak. Nah, dulunya namanya bukan Koplak tapi Koplakan yang artinya tempat istirahat untuk andong dan gerobak di Bahasa Jawa," ujar Dukuh Ngemplak II, Bambang Wardono (44) saat ditemui di kediamannya di Dusun Ngemplak II, Sabtu (8/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, lambat laun orang tidak lagi menyebut daerah itu Koplakan. Bambang menduga itu untuk kepraktisan pengucapan saja padahal dengan hanya menyebut 'koplak' maknanya bergeser jauh. Kata 'koplak' yang artinya 'tidak penuh', seringkali dipakai untuk menyebut orang suatu kondisi yang kurang sempurna.
"Orang-orang di situ yang menamakan Koplak, mungkin biar praktis saja," katanya.
Oleh karenanya, di Dusun Koplak ini dulunya ada semacam tanah lapang yang digunakan para kusir beristirahat dan mengganti kuda atau sapi. Dusun ini juga merupakan jalur utama baik untuk jalur transportasi maupun perdagangan.
"Karena jalur utama jadi banyak yang buka warung. Lalu menetap dan berkembang jadi perkampungan hingga sekarang," jelasnya.
![]() |
Tak cuma di DIY, nama Koplak juga jadi nama di sebuah kampung di Boyolali, Jawa Tengah. Kampung ini terletak di depan Pasar Boyolali, Jalan Pandanaran, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota. Sejarah Kampung Koplak ini tak jauh berbeda dengan yang di Sleman, DIY.
Tokoh masyarakat setempat, Ichsanudin, menjelaskan sekitar tahun 1925 wilayah Kampung Koplak dimanfaatkan sebagai terminal atau lokasi pemberhentian dan penginapan alat transportasi tradisional, seperti andong, dokar, gerobak, dan gluthuk (alat transportasi yang ditarik orang). Saat itu, pedagang membawa barang dagangan untuk dijual di Pasar Boyolali. Alat transportasi yang dipakai kemudian diparkir di terminal itu.
"Karena menjadi lokasi terminal andong, dokar, gerobak, gluthuk itulah akhirnya sebutan Koplak semakin terkenal. Sehingga orang secara tidak sadar menyebut daerah di sini dan sekitarnya dengan sebutan Kampung Koplak," jelas Ichsanudin.
selanjutnya ada dusun yang tak sehoror namanya...
2. Dusun Setan
Dusun Setan ini berada di Desa Candiretno, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Desa ini dihuni sekitar 200 kepala keluarga (KK) atau sekitar 600 jiwa. Penduduk desa ini mayoritas bekerja sebagai buruh tani maupun buruh bangunan.
Berbeda dari namanya, tak ada yang horor dengan dusun tersebut. Kehidupan warga dusun ini sama seperti warga dusun lainnya bahkan, jalan masuk menuju dusun ini telah dibetonisasi, kemudian bangunan rumah-rumahnya bagus.
Kasi Pemerintahan Desa Candiretno, Kecamatan Secang, Slamet T menuturkan sejak masa penjajahan sampai tahun 1946 nama dusun itu sudah Dusun Setan. Menurutnya ada kekeliruan dalam pengucapan Dusun Setan.
Nama Dusun Setan untuk awalan 'Se' sebenarnya dibacanya huruf e dalam Bahasa Jawa dikasih pepet yakni SΓͺtan, jadi bukan setan dalam arti hantu atau seperti mengucapkan huruf e dalam kata 'sekolah'. Hanya saja, lanjutnya, sekarang penulisannya tidak ada 'pepet' sehingga orang luar dusun membacanya setan.
"Ejaannya huruf e dikasih 'pepet' dalam Bahasa Jawa yakni SΓͺtan," tuturnya yang pernah menjadi Kepala Dusun Setan tahun 2010-2018 itu kata Slamet saat ditemui di Balai Desa Candiretno, Selasa (4/2/2020).
Kisah berbeda disampaikan tokoh masyarakat setempat, Aminatun (70) menceritakan jika dulunya dusun tersebut dihuni para penganut Hindu dengan nama Hindustan. Kemudian seiring perkembangan zaman penganutnya beragama Islam. Kisah ini diceritakan secara turun temurun.
"Kemudian Hindu-nya dihilangkan, tinggal Stan. Itu cerita dari kakek moyang kami. Kakek moyang kami," ujar Aminatun yang biasa dipanggil Mbah Gemi itu.
![]() |
Nama Desa Setan ini pun viral di media sosial gegara foto SD negeri setempat tersebar. Kepala SDN Setan, Nanik Hadiati, mengatakan nama sekolahnya sempat viral di medsos dan netizen memberikan tanggapan yang positif.
"Setelah viral, saya beserta dewan guru bangga, tapi menanggapi positif saja. Anak-anak tetap enjoy, justru malah senang," kata Nanik saat ditemui, Rabu (5/2).
3. Desa Cawet
Desa Cawet ini menjadi nama sebuah desa di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Desa Cawet ini telah tercatat sejak 195 tahun silam. Desa ini merupakan satu dari 15 desa di Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang. Dari ibu kota Pemalang, desa ini berjarak sekitar 50 km dan berada di ketinggian antara 250 hingga 660 di atas permukaan air laut (dpl).
Sepanjang perjalanan, warga yang hendak menuju ke Desa Cawet bakal disuguhi pemandangan perbukitan yang asri, dipenuhi dengan hutan pinus. Desa ini memang berada di antara perbukitan Igir Jahe dan Bukit Bulu. Desa yang berlimpah air dan diapit oleh dua sungai besar yakni Kali Keruh (yang berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan) dan Sungai Polaga. Ternyata ada beberapa versi soal nama Desa Cawet ini, apa saja?
selanjutnya cerita folklore terkait celana dalam di balik nama Desa Cawet ...
Versi yang paling banyak dituturkan secara turun temurun, menurut Kepala Seksi Pemerintah Desa setempat, Riswanto, bahwa nama desa itu memang berhubungan dengan bendacawet atau celana dalam. Dalam versi ini, namacawet diambil dari kata cawing dan tali. Cawing artinya kain penutup (kemaluan) dan tali merupakan pengikat celana.
Nama itu, lanjut Riswanto, diberikan secara tak sengaja oleh Adipati Pemalang saat itu, Adipati Reksodiningrat (Kanjeng Pontang), ketika mengunjungi desa tersebut pada pada tahun 1825. Kedatangan sang adipati untuk menyelesaikan persoalan warga yang enggan memilih pemimpin desa mereka.
"Saat itu, ceritanya Adipati langsung menemui warga yang tengah tandur (menanam padi) di sawah. Dia juga menunjuk langsung salah satu warga yang menggunakan cawing tali sebagai pimpinan desa ini," kata Riswanto, Sabtu (8/2/2020).
![]() |
Baca juga: Wong Klaten Harus Tahu! Ini Dia Titik KLAT 0 |
Desa tersebut terdiri dari lima dusun yakni Dusun Kaliduren, Dusun Karangsempu, Dusun Kramat, Dusun Sipedang dan Dusun Watugajah. Penduduknya mencapai 3.539 jiwa dan kini dipimpin oleh Taufik Saleh, lurah atau kepala desa ke-18 sejak desa itu bediri.Sejak saat itu desa tersebut dipimpin lurah baru yang disebut Ki Lurah Cawing Tali yang memimpin desa dari tahun 1825-1847. Nama Cawing Tali itu lalu disingkat dengan nama Cawet.
Tak hanya punya nama yang unik, Desa Cawet juga punya pemandangan alam yang masih asri. Lokasi ini juga biasa digunakan para pasangan untuk berfoto pre-wedding. Salah satu tempatnya yang hits yakni jembatan gantung di atas Sungai Polaga yang diberi nama Jembatan Pelangi.