- Ada banyak peristiwa di Blitar yang menyedot pembaca detikcom sepanjang 2019. Berikut tujuh topik di antaranya.
Di awal 2019, Kota Blitar diguncang dua demo besar.
itu merupakan imbas dari penutupan Karaoke Maxi Brillian oleh Pemkot Blitar, Jumat (21/12/2018).
Pemkot Blitar menutup tempat hiburan malam itu, setelah Polda Jatim menemukan sajian tarian telanjang di dalam salah satu ruangannya, Senin (3/12/2018).
Demo besar digelar dua kubu yang berseberangan pada 7 Januari 2019. Yakni massa ormas Islam vs massa karyawan Maxi Brilliant. Tuntutan kedua massa itu bertolak belakang. Ormas Islam menuntut penutupan semua karaoke di Blitar. Massa lainnya menuntut Maxi Brillian kembali diizinkan beroperasi.
Sampai saat ini, tensi kedua kelompok massa belum juga turun. Apalagi sejak PTUN Surabaya mengabulkan gugatan pihak Maxi Brilliant. Sehingga menggugurkan kebijakan Pemkot Blitar terkait penutupan tempat hiburan malam di Jalan Simpang Semeru Kota Blitar ini.
Bahkan Selasa (24/12/2019) malam, informasi yang beredar, ormas Islam akan melakukan sweeping di rumah karaoke itu. Namun belum sempat sweeping dilaksanakan, detikcom melihat Maxi Brilliant telah menutup rapat pintu masuknya.
APRIL 2019Belum tuntas soal karaoke Maxi Brilliant, pada April 2019 masyarakat bumi Bung Karno dihebohkan dengan penemuan
mayat dalam koper pada Rabu (3/4/2019) pukul 07.00 WIB. Koper warna hitam itu ditemukan pencari rumput di Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu. Saat ditemukan, di dalam koper itu terdapat sesosok mayat tanpa bagian kepala.
Untuk menguak kasus ini, Ditreskrimum Polda Jatim turun langsung di dua TKP yang berada di Kabupaten Blitar dan Kediri. Setelah memeriksa puluhan saksi dan olah tempat kejadian berulang kali, akhirnya diketahui korban bernama Budi Hartanto, seorang guru tari warga Kediri.
Budi menjadi korban pembunuhan dengan cara dimutilasi. Motifnya, hubungan asmara sesama jenis dengan pelaku Aris Sugianto, warga Kabupaten Blitar. Beberapa fakta terungkap, jika sebelum terjadinya pembunuhan, mereka sempat berhubungan badan sebanyak empat kali. Namun berakhir cekcok perkara uang Rp 100 ribu.
Dalam kondisi emosi, Aris dibantu Aziz Prakoso membunuh Budi. Aris memutilasi mayat Budi dengan memisahkan bagian kepala dan tubuh korban. Bagian kepala pria yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga honorer itu dibuang di Kediri. Sedangkan bagian tubuhnya dimasukkan ke dalam koper hitam dan dibuang di Blitar.
Polisi kemudian meringkus kedua pelaku yakni Aris dan Aziz pada Kamis (11/4). Sehari berselang, tim gabungan dari pihak berwajib juga menemukan bagian kepala korban.
Juli 2019Polisi menggerebek rumah kos di Kelurahan Bajang Kabupaten Blitar. Tiga pasang remaja diamankan saat sedang berbuat mesum. Lima di antaranya masih berstatus pelajar. Mereka menginap di rumah kos drive thru. Istilah bagi rumah kost yang disewakan per jam.
Kasus ini mengingatkan maraknya kos drive thru yang ditemukan petugas gabungan di beberapa rumah kos di Kota Blitar tahun 2017 silam. Dengan tarif murah, tempat ini menyasar kaum pelajar untuk lebih leluasa melakukan pergaulan bebas.
"Mereka bukan penghuni kos di situ. Untuk apa menginap hanya beberapa jam, kalau tidak untuk berbuat begitu," kata Kasat Reskrim Polres Blitar AKP Sodik Effendi kepada detikcom saat dikonfirmasi, Senin (22/7/2019).
Fakta jika kos ini disewakan per tiga jam, juga tampak dari daftar harga yang ditempelkan di pintu kamar. Dengan lama sewa tiga jam, tarif tiap kamar berbeda-beda. Yakni tipe C Rp 20 ribu, tipe C1 Rp 30 ribu, tipe B1 Rp 40 ribu, tipe A Rp 50 ribu.
Besaran tarif kos drive thru ini berlaku setiap hari Senin sampai Jumat. Khusus untuk hari Sabtu dan Minggu, tarifnya naik Rp 10 ribu tiap kamar sesuai dengan tipenya.
Dari hasil penyelidikan, polisi kemudian menangkap tersangka bernama Wisang Ramadhan. Pemuda berusia 24 tahun warga Bajang, Talun, juga. Dia menggunakan kartu identitas palsu untuk mengontrak rumah milik Lukito. Bisnis haram ini dioperasionalkan dan dipromosikan melalui media sosial.
Nopember 2019Seorang siswa SMP Negeri di Blitar tak mau sekolah karena trauma. Ia trauma menjadi korban bullying hingga enam kali pingsan.
Sang siswa juga mengaku trauma dan ketakutan karena kerap mendapat ancaman dari pelaku. Orang tuanya melaporkan kasus ini ke pihak kepolisian dan meminta proses hukum berjalan untuk memberi efek jera.
Korban masih berusia 12 tahun. Belum setahun menjadi pelajar kelas VII di sebuah SMPN di Kabupaten Blitar Timur. Sejak awal masuk sekolah, korban kerap dijahili teman-teman sekelasnya. Aksi bullying itu lambat laun semakin parah. Sampai pada penganiayaan hingga menyebabkan korban pingsan.
Seperti keterangan dari orang tua korban, aksi perundungan terakhir dialami putra mereka usai upacara Hari Sumpah Pemuda, Senin (28/10). Saat itu korban keluar dari ruang perpustakaan dan tiba-tiba diserang dari belakang.
"Anak saya merasa dipegang lehernya dari belakang lalu dipukul. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa," tutur S, ayah korban pada detikcom, Minggu (3/11/2019).
Karena para terduga pelaku semua masih di bawah umur, kasus ini diselesaikan melalui mediasi. Dan Pemkab Blitar telah memfasilitasi korban dengan memindahkan sekolahnya ke lain wilayah.
Desember 2019Di akhir 2019, dua peristiwa besar juga menyedot perhatian pembaca detikcom. Dua peristiwa besar itu adalah kecelakaan bus pariwisata yang terjun di sungai dan pelantikan dua istri Wabup Blitar menjadi kepala desa.
Bus pariwisata Fabian Anugrah terjun ke sungai Jembatan Kalilegi Kesamben. Data awal pihak kepolisian menyebut sebanyak lima orang tewas.
"Info dari lokasi kejadian, lima orang meninggal dunia. Sudah dibawa ke RSUD Ngudi Waluyo Wlingi," kata Kapolres Blitar Budi Hermanto dikonfirmasi detikcom, Sabtu (7/12/2019).
Bus pariwisata dengan nomor polisi AG 7555 UR itu berisi 60 penumpang. Rombongan pengawas dan guru Paud dari Tulungagung ini akan menuju tempat pariwisata di Batu. Sampai saat ini, polisi belum menetapkan tersangka, karena kondisi sang sopir masih belum bisa diminta keterangan.
Lalu soal dua istri Wabup Blitar Marhaenis Urip Widodo yang dilantik sebagai kepala desa di Kecamatan Talun secara bersamaan. Mereka berhasil unggul melawan kandidat lainnya berkat program unggulan pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.
Istri pertama Wabup Blitar, Halla Unariyanti (48 tahun) terpilih kembali menjadi Kepala Desa Bendosewu. Sedangkan istri kedua, Fendriana Anitasari (33 tahun) terpilih menjadi kades di Desa Wonorejo.
Pelantikan ini merupakan penanda keduanya melanjutkan kepemimpinan untuk periode kedua. Dihubungi detikcom, Fendriana mengatakan berhasil meraup 2.275 suara dari 3.539 daftar pemilih tetap, dengan jumlah kehadiran 2.789 warga.
"Saya akan melanjutkan visi misi yang belum terealisasi pada periode sebelumnya. Ada empat pengembangan ekonomi rakyat, yakni mengembangkan simpan pinjam syariah di BumDes, mengangkat produk unggulan genteng dan ukm serta membuat desa wisata," jawab Fendriana di ujung telepon, Senin (16/12/2019).
Pelantikan dua istri Wabup Blitar sebagai kades ini menuai polemik. Banyak netizen yang menilai, ini bentuk praktek nepotisme untuk melebarkan dan melanggengkan oligarki kekuasaan sang wabup.