Korban Bullying yang 6 Kali Pingsan Jalani Pemeriksaan Kesehatan

Korban Bullying yang 6 Kali Pingsan Jalani Pemeriksaan Kesehatan

Erliana Riady - detikNews
Rabu, 06 Nov 2019 16:05 WIB
Siswa yang jadi korban bullying di Blitar (Erliana Riady/detikcom)
blitar - Siswa korban bullying yang pingsan enam kali dibawa ke RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi. Penyidik PPA Polres Blitar menilai korban perlu diperiksa kesehatannya secara menyeluruh.

Kabar masuknya korban bullying ke RSUD Ngudi Waluyo disampaikan ayahnya, S. Korban mulai menjalani opname di ruang anak sejak Selasa (6/11/2019) malam.

Menurut S, korban dibawa tim penyidik PPA Polres Blitar ke rumah sakit setelah diminta keterangannya di Mapolres Blitar. Korban dijemput tim penyidik PPA di sekolah barunya pada siang hari. Lalu korban dimintai keterangannya sampai sore.


"Yang membawa ke rumah sakit tim penyidik PPA. Saya nggak ikut karena harus menandatangani banyak sekali berkas setelah memberi keterangan lagi di Mapolres Blitar," ujar S kepada detikcom, Rabu (6/11/2019).

Pada malam harinya, ia baru menyusul ke rumah sakit. Ia kemudian menerima kabar bahwa anaknya harus diopname.

S mengaku pasrah terhadap upaya penegakan hukum yang tengah dilakukan pihak kepolisian. Terlebih itu untuk kebaikan anaknya.

"Sebenarnya ndak sakit. Tapi ya saya manut saja, wong katanya supaya kondisi anak saya cepat pulih. Biar tenang, bisa istirahat total kalau di rumah sakit," imbuh S.

Kapolres Blitar AKBP Budi Hermanto membenarkan hal ini. Penyidik membawa korban ke rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatannya. Karena dari beberapa keterangan yang disampaikan saksi, tangan korban sering basah. Ada juga yang memberi keterangan bahwa korban bullying itu terindikasi menderita lemah jantung.

"Dibawa ke rumah sakit, dengan harapan untuk mengetahui penyebab dia sering pingsan, atau tangannya sering berkeringat. Nah, yang tahu itu semua dokter, apa penyakit yang diderita korban. Atau apa penyebab korban sering pingsan," kata Budi.


Upaya ini, lanjutnya, juga merupakan bagian dari tugas penyidik untuk mencari kebenaran. Ada berbagai langkah yang dilakukan penyidik. Satu di antaranya dengan melakukan general check up pada korban. Ini dilakukan karena tidak sinkronnya pengakuan korban dengan keterangan yang didapat dari beberapa saksi.

"Kemarin juga telah dilakukan konseling dan trauma healing. Tapi kan nggak cukup sekali. Perlu berulang kali untuk mendalami bagaimana kondisi psikis korban," lanjutnya.

Budi juga telah meminta izin kepada pihak sekolah baru korban agar siswa tersebut tidak mengikuti pelajaran dulu. Soal berapa lama observasi kondisi fisik dan psikis korban bullying ini, Kapolres tidak bisa memastikannya.
Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.