Sederet WNI yang Jadi Sandera Kelompok Abu Sayyaf

Sederet WNI yang Jadi Sandera Kelompok Abu Sayyaf

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 23 Nov 2019 10:57 WIB
Ilustrasi (Mindra Purnomo/detikcom)
Jakarta - Kelompok Abu Sayyaf meminta uang tebusan sebesar 30 juta peso (Rp 8,3 miliar) untuk pembebasan tiga nelayan asal Indonesia (WNI) di perairan dekat Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Jauh sebelum ini, Abu Sayyaf juga pernah menyandera sejumlah WNI lain. Berikut ini rangkumannya.

Dalam catatan detikcom sepanjang 2017-2019, kelompok Abu Sayyaf sudah beberapa kali menyandera WNI di perairan Sabah, Malaysia. Berbagai upaya dilakukan pemerintah Indonesia untuk membebaskan WNI tersebut.


Satu orang WNI diketahui meninggal dunia saat mencoba melarikan diri. Sedangkan WNI lainnya berhasil diselamatkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Februari 2017

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memberikan keterangan mengenai tujuh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf selama Desember 2016-Januari 2017. Kemlu berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait.

"Yang 7 WNI bukan penculikan baru. Namun ini merupakan total dari 3 kejadian," jelas juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir dalam keterangan tertulis, Jumat (3/2/2017).


Arrmanatha kemudian merinci 3 kejadian penculikan yang mengakibatkan total 7 WNI disandera Abu Sayyaf, yakni:

1. Penculikan di perairan Sabah, Malaysia, pada Desember 2016. Terdapat 2 ABK WNI dari kapal nelayan Malaysia diculik.

2. Penculikan di perairan Sabah, Malaysia, pada Desember 2016. Terdapat 2 ABK WNI dari kapal nelayan Malaysia diculik.

3. Penculikan di perairan Sabah, Malaysia, pada awal Januari 2017. Terdapat 3 ABK WNI dari kapal nelayan Malaysia diculik.

Juni 2017

Hingga Juni 2017, Kemlu terus berupaya membebaskan tujuh WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Kemlu mengaku aktif berkoordinasi dengan sumber Konsulat Indonesia di Davao.

"Kita terus melakukan komunikasi dengan pihak otoritas di Filipina maupun sumber lain konsulat Indonesia di Davao. Kita selalu aktif mencari informasi mengenai kondisi dari para sandera. Memang para Sandera ini berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain," ujar juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir di kantornya, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Jumat (26/5/2017).




September 2017

Tentara Filipina berhasil menyelamatkan dua WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Penyelamatan dilakukan setelah terjadi baku tembak di Mindanao yang menewaskan lima anggota Abu Sayyaf.

Komandan Militer Filipina Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana menuturkan kepada wartawan, seperti dilansir Reuters, Kamis (7/9/2017), baku tembak terjadi antara militer Filipina dan sedikitnya 20 anggota Abu Sayyaf di Jolo, markas kuat kelompok tersebut di Mindanao, Filipina bagian selatan. Lima tentara Filipina mengalami luka-luka dalam baku tembak itu.

"Beberapa menit kemudian, kami mencegat sebuah van yang membawa dua sandera Indonesia saat mengejar anggota Abu Sayyaf setelah baku tembak terjadi," terang Sobejana.


"Mereka (dua sandera Indonesia) saat ini aman dan tengah melakukan tanya-jawab taktis setelah menjalani pemeriksaan medis," imbuhnya.

Panglima TNI saat itu Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan pembebasan dua orang WNI dari kelompok Abu Sayyaf dilakukan tanpa uang tebusan. Kedua WNI bernama Saparudin bin Pon dan Sawal bin Maryam dibebaskan dengan bantuan Angkatan Bersenjata Filipina.

"Tidak ditebus. Saya jamin tidak ditebus, tetapi itu upaya diplomasi, upaya kerja sama TNI dengan AFP sehingga bisa dibebaskan," ujar Gatot di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (8/9/2017).

Januari 2018

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan dua WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf akhirnya bisa dibebaskan. Dua orang itu merupakan bagian dari lima WNI yang disandera di Filipina Selatan.

"Pada 4 Januari kemarin, saya juga lakukan pertemuan dengan Presiden Duterte di Davao City dan di pertemuan tersebut saya juga angkat kembali masih ada lima sandera WNI di Filipina Selatan. Tadi malam kontak, kontak, kontak, akhirnya kita dapatkan informasi bahwa dua sandera Indonesia atas nama Lautu bin La Ali dan La Hadi bin La Adi (dibebaskan)," kata Retno di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (20/1/2018).

Retno menyebut dua WNI yang dibebaskan itu disandera sejak November 2016. Retno mengaku sudah berkomunikasi dengan keluarga para sandera yang tinggal di Malaysia.

September 2018

Militer Filipina kembali membebaskan tiga WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf. Kabar ini juga dikonfirmasi Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI dari Kementerian Luar Negeri RI.

"Betul bahwa sandera sudah bebas. Alhamdulillah," sebut Lalu seperti dilansir BBC, Senin (17/9/2018).



Januari 2019

Video pria korban penyanderaan kelompok Abu Sayyaf yang meminta tolong dalam bahasa Indonesia beredar. Dilansir The Star, Jumat (4/1), WNI dalam video itu diidentifikasi bernama Samsul Sangunim, yang merupakan awak kapal pencari ikan. Disebutkan, Samsul diculik dan disandera kelompok Abu Sayyaf dari perairan Pulau Gaya di Semporna, Malaysia, sejak 11 September 2018.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) membenarkan pria dalam video yang disebar kelompok Abu Sayyaf merupakan WNI. Kemlu masih berupaya membebaskan WNI yang disandera.

"Video yang beredar di Malaysia adalah salah satu sandera WNI yang diculik di Pulau Gaya, Semporna, Malaysia, 11 September 2018. WNI dalam video diculik bersama WNI lainnya atas nama Usman Yunus, yang sudah lebih dahulu bebas pada Desember 2018," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu Lalu Muhammad Iqbal, Sabtu (5/1/2019).


Samsul Saguni kemudian dibebaskan pada Selasa (15/1). Dia langsung diserahterimakan kepada KBRI Manila dan segera pulang ke RI.

"Samsul Saguni saat ini masih berada di Pangkalan Militer Westmincom di Jolo, Filipina Selatan, guna pemeriksaan kesehatan dan menunggu diterbangkan ke Zamboanga City," kata Lalu Muhammad Iqbal, Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, dalam pernyataan melalui pesan seluler.

Februari 2019

Dua WNI disandera kelompok Abu Sayyaf. Hingga saat ini, kedua warga asal Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, itu masih menjadi tawanan kelompok teroris Abu Sayyaf di Filipina.

Kedua WNI tersebut ialah Hariadin dan Heri yang diketahui berasal dari Dusun La Bantea, Desa Kalimas, Kecamatan Kaledupa, Kabupaten Wakatobi. Kelompok Abu Sayyaf meminta tebusan sebesar Rp 10 miliar.

Gubernur Sultra Ali Mazi mengaku sudah mendapatkan kabar tersebut. Dia dapat kabar melalui video yang beredar di sosial media dengan durasi 30 detik. Kedua korban diduga telah disandera sejak Desember 2018.

"Saya juga baru mendapatkan kabar dari teman-teman jika ada warga kita yang disandera," ujarnya, Rabu (20/2/2019).



April 2019

Hariadin, WNI yang disandera kelompok bersenjata di Filipina Selatan, tewas. Ia tewas saat berupaya kabur dari penyanderaan.

Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan Hariadin tewas di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Jumat (5/4), pukul 18.00 waktu setempat.

Kemlu menyatakan sudah tidak ada WNI yang menjadi sandera kelompok Abu Sayyaf di wilayah Filipina Selatan. Sejak 2016 tercatat ada 1 orang WNI yang tewas akibat penyanderaan ini.

"Sampai saat ini statusnya sudah keluar semua. Sudah terbebaskan semua. Sejak tahun 2016 itu ada 36 sandera di Filipina perlahan-lahan kita bebaskan dan ini yang terakhir terbebas. Dan dari 36, satu meninggal," kata juru bicara Kemlu Arrmanatha Nasir (Tata) kepada wartawan di kantor Kemlu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat, Senin (8/4/2019).

Dua WNI terakhir yang menjadi sandera adalah Heri Ardiansyah dan Hariadin. Mereka sekitar 4 bulan disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. Keduanya bersama seorang WN Malaysia diculik saat bekerja di kapal ikan di perairan Sabah, Malaysia, 5 Desember 2018. Dalam kasus ini, Hariadin tewas saat berupaya meloloskan diri.

Hariadin tewas di perairan Pulau Simisa, Provinsi Sulu, Filipina Selatan, pada Jumat (5/4), pukul 18.00 waktu setempat. Saat itu, Hariadin bersama Heri Ardiansyah berusaha berenang ke Pulau Bangalao. Mereka hendak menghindari serangan angkatan bersenjata Filipina terhadap kelompok Abu Sayyaf.

"Dua WNI kita yang mencoba untuk pergi dari pulau ke seberang pulau yang satu lagi, yang satu Hariadin meninggal pada saat berenang. Jadi, tentu kita sangat prihatin dengan keadaan ini dan menyampaikan simpati dan dukacita yang mendalam kepada keluarga Hariadin," ujar Tata.

"Seperti yang kita ketahui, mengenai (penyebab tewas) Hariadin adalah kecelakaan karena dia mau untuk berenang ke pulau sebelah setelah bebas dari penyanderaan. Tidak ada yang menginginkan hal ini. Operasi ini juga operasi yang dilakukan oleh pihak Filipina dalam upaya juga upaya untuk melepaskan sandera kita dan sandera Malaysia. Informasi yang kita terima pihak Filipina juga mendapat dukungan dari pihak BAIS dari Indonesia," sambung Tata.

November 2019

Kelompok Abu Sayyaf yang menculik tiga nelayan WNI dari perairan dekat Lahad Datu, Sabah, Malaysia, dan membawa mereka ke Filipina, meminta uang tebusan sebesar 30 juta Peso (Rp 8,3 miliar) untuk pembebasan mereka. Ketiga WNI itu diketahui telah disandera sejak September lalu.

Seperti dilansir media Malaysia, The Star, Jumat (22/11/2019), permintaan tebusan itu disampaikan dalam rekaman video yang menampilkan ketiga WNI, yang dirilis via Facebook pada Sabtu (16/11) lalu.


Sebelumnya, Kepala Kepolisian Sabah, Omar Mammah, yang mendapat informasi dari Kepolisian Filipina, menyebut para penculik telah menghubungi keluarga salah satu WNI beberapa hari seusai penculikan. Namun saat itu Omar mengaku tidak diberitahu jumlah uang tebusan yang diminta.

Tiga WNI yang diculik itu diidentifikasi sebagai Samiun Maneu (27), Maharuydin Lunani (48), dan Muhammad Farhan (27). Lunani dan Farhan merupakan ayah dan anak. Ketiganya diculik oleh sekelompok pria bersenjata dari kapal mereka di perairan Tambisan, Lahad Datu, Sabah pada September lalu.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads