Lain daerah lain bahasa, mungkin ungkapan itu sesuai untuk menggambarkan penyebutan tsunami secara umum dengan smong dalam bahasa Simeulue, yang memiliki arti sama. Bedanya, kata itu sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat Simeulue sejak ratusan tahun silam.
Menelusuri kearifan lokal tersebut, Tim detikcom beserta Bank BRI melakukan perjalanan menuju Pulau Sinabang, yang masuk provinsi Aceh. Bedanya, Pulau Sinabang berjarak belasan jam perjalanan kapal dari saudaranya di darat tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Tsunami Aceh pada 2004 terjadi, jumlah korban jiwa di Simeulue ternyata begitu sedikit dan kontras dengan di Banda Aceh. Hal itu ternyata dikarenakan masyarakat Simeulue telah mendapat peringatan lewat peninggalan budaya leluhur mereka.
Untuk mencari tahu soal itu, detikcom pun bertandang menemui Kadispar Simeulue Abdul Karim di rumahnya. Kepada detikcom, ia berbagi makna smong dan petuah leluhur soal tsunami.
"Kalau kita bicara tentang smong, di Simeulue itu merupakan kearifan lokal atau budaya tutur orang tua kami terdahulu. Sebab, hari ini kami telah dapat membaca dan menelaah sejarah smong pada 2004, di mana Provinsi Aceh dilanda smong yang luar biasa dahsyat," ujar Karim.
![]() |
Fakta menarik lainnya, dulu leluhur masyarakat Simeulue pernah mengalami musibah tsunami pada 1907. Saat itu korban begitu banyak karena tiadanya informasi. Berbekal pengalaman pahit itu, para leluhur pun membuat penyebutan smong, yang merujuk pada tsunami. Pesannya pun dituturkan hingga kini.
"Smong itu artinya ombak yang bergulung begitu besar, tapi kearifan lokal smong itu jadi warisan tutur kata dan nasihat untuk anak-cucu. Jika terjadi gempa yang besar yang kekuatannya lebih dari biasa, kita harus keluar dari rumah ini dan mencari tempat yang tinggi. Kenapa? dikhawatirkan akan datang smong," ujar Karim.
Karena masyarakat Simeulue telah mengenal smong sejak lama, mereka pun lebih siap dalam membaca tanda-tanda alam. Seandainya tutur kata smong tidak ada, mungkin akan jatuh lebih banyak korban di Simeulue akibat tsunami.
"Melalui kearifan lokal, yang 2004 melalui smong yang dahsyat, kita di Simeulue korban jiwanya nyaris tidak ada. Hanya satu orang dan itu pun bukan karena smong-nya, tapi kematian dan sebagainya. Ini semua karena kearifan lokal dan perlindungan Allah SWT. Karena itu smong merupakan tutur dan cara kami berkomunikasi," ujar Karim.
![]() |
Di luar keberadaan smong yang dituturkan leluhur, kisahnya pun kerap dipentaskan oleh para penandong atau sebutan untuk penyair Simeulue yang mempraktikkan budaya nandong. Salah satunya adalah Pak Suharman atau akrab dikenal Juman.
Untuk informasi, nandong kerap ditampilkan dengan biola serta alat musik kendang atau yang memiliki arti sama dengan gendang. Pak Juman pun bermain biola sambil merangkap vokal.
Kepada detikcom ia bercerita masyarakat Simeulue yang besar dengan istilah smong begitu sigap saat tsunami Aceh melanda pada 2004. Bukan hanya masyarakat yang ada di Simeulue, tapi juga yang berada di Meulaboh dan kabupaten lainnya di Aceh.
![]() |
"Saat ada tsunami, baik di sini maupun di Aceh, orang-orang Simeulue berteriak smong... smong... dan lari cari tempat tinggi. Yang bukan orang Simeulue cuma melihat dan malah ada yang mengambil ikan di pantai saat air surut," terang Juman.
Juman sendiri telah menjadi seorang nandong sejak 1970-an. Selain kerap memainkan syair tentang smong, ia kerap membawakan syair tentang kisah lain yang juga jadi wejangan leluhur. Ia pun kerap dipanggil untuk melakukan pertunjukan di tiap momen penting, seperti pernikahan hingga acara pemerintah.
Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini