Flashback ke bulan Desember tahun 2004 silam, saat itu tragedi Tsunami Aceh meluluhlantakkan Banda Aceh serta sekitarnya dan memakan banyak korban jiwa. Momen tragedi yang terjadi di Minggu pagi serta minimnya informasi akan tsunami membuat bencana itu tercatat jadi salah satu yang paling fatal di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat pun dibuat bertanya perihal jumlah korban yang terbilang sangat kecil itu, kontras dengan jumlah korban di Banda Aceh. Padahal, Pulau Sinabang juga turut terdampak tragedi Tsunami Aceh tahun 2004.
Ternyata, masyarakat Simeulue punya satu kearifan lokal yang menyelamatkan mereka dari bencana Tsunami Aceh. Menelusuri itu, Tim detikcom bersama Bank BRI pergi ke sana untuk mengetahui kearifan lokal tersebut pada 28 Agustus hingga 5 September 2019 lalu.
Diketahui, masyarakat Simeulue punya syair atau dalam bahasa lokal adalah nandong. Di kalangan masyarakat, syair atau nandong itu telah dituturkan oleh para leluhur sejak lama dan masih berlanjut hingga hari ini.
![]() |
Mencari tahu kearifan lokal tersebut, detikcom pun mewawancarai seniman nandong atau pedandong yang bernama Pak Suharman atau akrab dikenal Juman. Memainkan biola sekaligus mengisi vokal, Juman masih menjaga kearifan lokal nandong agar tetap lestari.
Sambil mengajak serta satu rekannya yang bermain kendang atau gendang, Jari Juman lihai menggesek biola sambil menandong kisah Smong yang dituturkannya dalam bahasa asli Simeulue.
Diceritakan oleh Juman, bahwa sejak dulu kisah akan tsunami atau yang disebut warga Simeulue sebagai Smong itu telah dituturkan oleh para leluhur lewat nandong. Layaknya ramalan, kisah itu telah lebih dulu dialami leluhur masyarakat Simeulue dan jadi pesan bagi generasi mendatang.
"Nandong ini warisan Simeulue juga sudah ratusan tahun ini. Curahan hati yang artinya seperti kita ini mengingat pantun bertutur masa yang lalu dan menatap masa depan, ujar Juman.
Diceritakan oleh Juman, konon kisah tsunami diketahui pertama kali oleh leluhur Simeulue pada tahun 1907 silam. Berawal dari kisah di masa silam, tsunami dituturkan lewat nandong smong.
"Kejadian smong ini dari 1907, tapi dulu kan cuma cerita atau nafi-nafi. Artinya cerita dari nenek moyang yang jadi kearifan lokal kita dapati 2004 jadinya yang didapati nenek moyang itu benar,"
Sejak kecil, Juman dan mayoritas masyarakat Simeulue telah mengenal tsunami atau smong sebagai cerita atau mitos. Ibaratnya wejangan leluhur, kejadian yang dituturkan itu menjadi nyata lewat Tsunami Aceh tahun 2004 silam. Berbekal itu, masyarakat Simeulue sangat siap ketika tsunami datang.
"Begitu guncangan kita masih ada kesempatan untuk membenahi diri. Dia masih ada memberi kesempatan bagi kita setengah jam, 20 menit 30 menit. Saat gempa itu air surut kita dekat. Sampai di ujung air itu datang," cerita Juman.
Berkaca dari dahsyatnya tragedi Tsunami Aceh tahun 2004, Juman melihat itu sebagai kesempatan kedua. Baik bagi masyarakat Simeulue maupun Aceh.
"Tsunami ada memberi kesempatan bagi kita untuk bersiap-siap menyelamatkan diri. Masih ada kesempatan, tapi jangan lalai," saran Juman.
Lebih lanjut, nandong menjadi warisan budaya tak benda Simeulue yang perlu dilestarikan keberadaannya. Hanya diceritakan oleh Juman, generasi muda kini tak terlalu peduli dengan budaya tersebut.
"Sudah rapuh karena dari generasi-generasi melanjutkan perjuangan nandong ini sudah sedikit sekali. Cintailah negerimu dan cintailah budayamu," ujar Juman.
Kisah tentang nandong ini pun menjadi satu dari sekian artikel hasil liputan detikcom ke Pulau Sinabang. Ikuti terus berita tentang ekspedisi di pulau-pulau terdepan Indonesia di tapalbatas.detik.com!
Halaman 2 dari 4
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini