Dalam beberapa hari terakhir, 52 warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo yang pergi ke Malang menjadi pemberitaan. Mereka diduga tersihir tujuh fatwa Thoriqoh Musa menyimpang yang disebarkan salah satu santri Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin, Khotimun. Tujuh fatwa yang dianggap menyimpang yakni soal kiamat sudah dekat, soal perang, kemarau panjang, bendera tauhid, foto anti gempa, larangan sekolah, hingga hukuman untuk orang tua.
Mengenai hal itu, Pengasuh Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin M Lomri langsung membantahnya. Ia memberikan penjelasan mengenai isu kiamat yang ternyata program menyonsong jatuhnya meteor, hingga soal foto dirinya yang menurutnya tidak dijual Rp 1 juta tapi hanya Rp 200 ribu.
Romli juga menjelaskan jika 52 warga Ponorogo merupakan MUSA AS atau jemaah solawat dari Thoriqoh Akmaliyah As- Sholihiyah. "Dan MUSA AS itu ada singkatannya yaitu Mulyo Sugih Ampuh Asal Sendiko Dawuh. Kalau Thoriqohnya Akmaliyah As-sholihiyah. Saya di sini mursyidnya (guru), mereka ingin mengikuti guru menyongsong jatuhnya meteor sebagai bagian tanda kiamat," kata M Romli di Ponpes, Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Kamis (14/3).
![]() |
Berikut fakta-fakta di ponpes yang diduga menyebarkan 7 Fatwa Thoriqoh Musa yang menyimpang:
1. Puluhan warga Ponorogo berada di pondok pesantren bersama anak dan istrinya. Polisi mencatat ada sebanyak 59 warga Ponorogo yang terdiri dari 24 kepala keluarga. Termasuk Khotimun (48), warga Desa Watubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo, yang diduga penyebar 7 Fatwa Thoriqoh Musa di Ponorogo.
2. M Romli mengaku sebagai mursyid atau guru Thoriqoh Akmaliyah As-sholihiyah. Sedangkan para jemaahnya disebut MUSA AS. Sehingga kemudian dikenal sebagai Thoriqoh Musa.
3. Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin didatangi ratusan jemaah Toriqoh Akmaliyah. Mereka hadir untuk mengikuti program triwulanan menyongsong jatuhnya meteor, sebagai salah satu tanda kiamat.
4. Spanduk 'Persiapan Akhir Zaman' dipasang pada akses jalan menuju pondok di Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Spanduk tersebut menyambut kedatangan para MUSA AS yang akan mengikuti program menongsong jatuhnya meteor sejak Rajab hingga Ramadan.
5. Setiap jemaah datang dengan membawa 500 kg gabah atau 300 kg beras untuk bekal mondok selama 3 bulan. Jika peristiwa jatuhnya meteor sebagai salah satu tanda-tanda kiamat didak ada, sisa bekal boleh dibawa pulang saat program triwulanan itu usai.
Saksikan juga video 'Warga Ponorogo Tampik 'Hijrah' ke Malang Gara-gara Kiamat':
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini