Ganja sintetis atau dikenal dengan nama pasaran 'tembakau gorila', 'hanoman' atau 'ganesha' sempat populer pada tahun 2016. Sama seperti ganja, namun ganja sinetis ini punya efek yang lebih berbahaya.
"Karena tembakaunya ini bukan sembarang tembakau, tetapi mengandung campuran 5-Fluoro ADB yang juga merupakan golongan sintetik cannabinoid," kata Direktur IV Tindak Pidana Bareskrim Polri Brigjen Pol Eko Daniyanto kepada detikcom, Kamis (22/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"2016 sempat populer, kemudian redup. Dan sekarang muncul lagi," imbuh Eko.
Ganja sintetis ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 2014. Saat itu ditemukan ada 10 kasus kematian akibat ganja sintetis.
Di Indonesia sendiri, tembakau gorila mulai ditemukan pada 2016. Beberapa kali polisi menangka pengedar tembakau gorila di Bali, Jakarta dan beberapa daerah lainnya di Indonesia. (mei/hri)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini