Program unggulan Kapolda Riau, 'Green Policing', mendunia setelah berhasil menjadi sorotan utama di panggung OzAsia Festival di Australia. Grup musik etnik kontemporer Riau Rhythm, yang dikenal dengan eksplorasi musik tradisinya, sukses membawa isu konservasi lingkungan dan penegakan hukum kehutanan dari Bumi Lancang Kuning ke hadapan audiens internasional.
Acara yang berlangsung di tengah suasana meriah ini sempat diwarnai hujan deras. Namun, sekitar 30 menit sebelum konser dimulai, hujan reda dan langit cerah menyambut penampilan musik berdurasi 1 jam 20 menit yang mengusung semangat Green Policing strategi kepolisian yang menekankan pentingnya pelestarian lingkungan dan penegakan hukum terhadap kejahatan lingkungan.
Dalam konsernya kali ini Riau Rhythm membawa Green Policing, sebuah pesan hijau dari masyarakat Riau dan Kapolda Riau Irjen Herry Heryawan. Green Policing bukan hanya upaya melindungi alam, tetapi juga upaya untuk membangkitkan kesadaran seluruh individu agar mengambil peran serta dalam melindungi lingkungan.
Green Policing menampilkan wajah polisi bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai penjaga dan pelestari lingkungan hidup. Konsep ini kini telah diterapkan oleh sejumlah Kepolisian Daerah (Polda), terutama di Riau yang menghadapi tantangan besar seperti kebakaran hutan, perambahan lahan, dan penambangan ilegal.
Melalui pendekatan ini, Polri berupaya mengintegrasikan misi pelestarian lingkungan dalam setiap aspek tugas keamanan publik. Program Green Policing yang digagas Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan menjadi salah satu contoh nyata komitmen tersebut.
Pendiri Riau Rhythm Rino Dezapaty, mengatakan bahwa konser kali ini membawa misi khusus menyuarakan kepedulian terhadap alam melalui musik. Riau Rhythm ingin membangkitkan semangat dunia dalam mencintai lingkungan.
"Kenapa Green Policing? Karena hutan yang menjadi paru-paru dunia harus dijaga bersama untuk anak cucu nantinya," ujar Rino, Minggu (25/10/2025).
Menurutnya, keputusan Riau Rhythm mengusung tema 'Green Policing' dalam konser dunia kali ini memiliki dasar filosofis yang kuat. Riau Rhythm ingin mengajak penggemarnya untuk menjaga alam sekaligus menggaungkan kebudayaan lokal Melayu.
"Kita tertarik dengan tema ini dengan kesadaran sadar ruang dan waktu, bersama-sama mengajak untuk menjaga alam dengan bunyi-bunyian kearifan lokal seperti Talang Mamak di Tesso Nilo dan Zapin Siak di kawasan Danau Zamrud," ungkapnya.
Ini adalah kali kedua Riau Rhythm diundang ke OzAsia, setelah sukses pada tahun 2017 dengan konsep "Sound Of Suvarnadvipa" yang mengangkat kejayaan Sumatera. Karya-karya komposisi musik yang disajikan berangkat dari ide-ide penciptaan musikal yang bersumber dari wilayah Melayu Riau, seperti tradisi lisan dalam mengangkat nilai-nilai memelihara alam lewat tradisi ratok/ghatok/ratap dari Kampar dan tradisi topeng Mak Yong Melayu pesisir.
Penciptaan ide-ide musikal Riau Rhythm juga mengadaptasi karya Tegak Tiang Gelanggang dari Talang Mamak tentang begawai (gotong royong/pesta masyarakat pedalaman) yang mengatur aturan merambah dan menjaga hutan.
"Kekuatan tradisi sudah ada turun temurun untuk menjaga alam. Dan kita angkat kembali karena kita mengangkat Green Policing sebagai bentuk penghormatan kita kepada Kapolda Riau yang dengan serius mengkampanyekan Green Policing," tambahnya.
Aksi ini menegaskan bahwa seni dan budaya dapat menjadi medium yang kuat untuk menyuarakan pesan-pesan lingkungan lintas batas negara.
Simak juga Video Polda Riau Kenalkan Konsep Green Policing, Rocky Gerung: Sangat Bermanfaat
(mei/imk)