Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan rencana perdamaian usulan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia memiliki beberapa elemen yang layak dibahas. Macron memperingatkan agar tidak ada "kapitulasi" atau penyerahan diri oleh Ukraina.
"Kami menginginkan perdamaian. Namun, bukan perdamaian yang pada dasarnya merupakan kapitulasi, yang menempatkan Ukraina dalam situasi yang mustahil, yang memberikan Rusia kebebasan penuh untuk bergerak lebih lanjut, termasuk ke (negara-negara) Eropa lainnya dan membahayakan keamanan semua orang," kata Macron dalam pernyataan kepada radio RTL, seperti dilansir AFP, Selasa (25/11/2025).
Dia menyebut rencana yang diusulkan AS untuk mengakhiri konflik yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022 itu merupakan langkah "ke arah yang benar" dengan elemen-elemen yang harus "dibahas, dinegosiasikan, dan ditingkatkan".
"Apa yang diajukan memberikan kita gambaran tentang apa yang dapat diterima oleh Rusia," sebut Macron, sembari menekankan bahwa Ukraina merupakan "satu-satunya pihak" yang dapat menyetujui persyaratan yang tercantum dalam rencana perdamaian tersebut.
"Tidak seorang pun dapat mengatakan untuk kepentingan Ukraina, soal konsesi teritorial apa yang bersedia mereka berikan," ujarnya.
Pernyataan itu disampaikan Macron menjelang konferensi video dengan para pemimpin negara sekutu utama Ukraina di Eropa membahas rencana perdamaian itu pada Selasa (25/11) malam.
Rencana perdamaian 28 poin usulan AS itu awalnya cenderung memenuhi tuntutan garis keras Rusia, termasuk mengharuskan Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya, memangkas jumlah militernya, dan berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan NATO.
Versi terbaru, yang bertujuan untuk "menegakkan kedaulatan Ukraina", dibahas secara mendalam selama akhir pekan dalam perundingan darurat di Jenewa, Swiss.
(nvc/ita)