Tanggapi Rencana Damai Ukraina-Rusia, Macron Wanti-wanti Hal Ini!

Tanggapi Rencana Damai Ukraina-Rusia, Macron Wanti-wanti Hal Ini!

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 25 Nov 2025 16:55 WIB
French President Emmanuel Macron talks to journalists on the tarmac of Cairo airport, Egypt, as he departs Wednesday, Oct. 25, 2023. Christophe Ena/Pool via REUTERS/File Photo Acquire Licensing Rights
Presiden Prancis Emmanuel Macron (dok. Christophe Ena/Pool via REUTERS/File Photo)
Paris -

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan rencana perdamaian usulan Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang antara Ukraina dan Rusia memiliki beberapa elemen yang layak dibahas. Macron memperingatkan agar tidak ada "kapitulasi" atau penyerahan diri oleh Ukraina.

"Kami menginginkan perdamaian. Namun, bukan perdamaian yang pada dasarnya merupakan kapitulasi, yang menempatkan Ukraina dalam situasi yang mustahil, yang memberikan Rusia kebebasan penuh untuk bergerak lebih lanjut, termasuk ke (negara-negara) Eropa lainnya dan membahayakan keamanan semua orang," kata Macron dalam pernyataan kepada radio RTL, seperti dilansir AFP, Selasa (25/11/2025).

Dia menyebut rencana yang diusulkan AS untuk mengakhiri konflik yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina tahun 2022 itu merupakan langkah "ke arah yang benar" dengan elemen-elemen yang harus "dibahas, dinegosiasikan, dan ditingkatkan".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apa yang diajukan memberikan kita gambaran tentang apa yang dapat diterima oleh Rusia," sebut Macron, sembari menekankan bahwa Ukraina merupakan "satu-satunya pihak" yang dapat menyetujui persyaratan yang tercantum dalam rencana perdamaian tersebut.

ADVERTISEMENT

"Tidak seorang pun dapat mengatakan untuk kepentingan Ukraina, soal konsesi teritorial apa yang bersedia mereka berikan," ujarnya.

Pernyataan itu disampaikan Macron menjelang konferensi video dengan para pemimpin negara sekutu utama Ukraina di Eropa membahas rencana perdamaian itu pada Selasa (25/11) malam.

Rencana perdamaian 28 poin usulan AS itu awalnya cenderung memenuhi tuntutan garis keras Rusia, termasuk mengharuskan Ukraina menyerahkan sebagian wilayahnya, memangkas jumlah militernya, dan berjanji untuk tidak pernah bergabung dengan NATO.

Versi terbaru, yang bertujuan untuk "menegakkan kedaulatan Ukraina", dibahas secara mendalam selama akhir pekan dalam perundingan darurat di Jenewa, Swiss.

Rencana perdamaian itu juga memperkirakan penggunaan aset Rusia yang dibekukan di Eropa dalam proyek-proyek yang dipimpin AS untuk membangun kembali Ukraina pascaperang. Namun, Marcon bersikeras bahwa Eropa juga berhak memutuskan apa yang harus dilakukan dengan dana tersebut.

Dia menegaskan bahwa "hanya Eropa yang berhak bersuara" dalam masalah ini.

Namun Macron juga mengatakan bahwa "satu-satunya garis merah" adalah Rusia sendiri, yang melancarkan invasi besar-besaran selama 3,5 tahun terakhir yang diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin.

"Satu-satunya pertanyaan yang kami tidak memiliki jawabannya adalah apakah Rusia siap untuk mencapai perdamaian abadi," cetusnya.

"Perdamaian di mana mereka tidak akan menginvasi kembali Ukraina dalam enam bulan kemudian, delapan bulan kemudian, dua tahun kemudian," kata Macron.

Rusia menghujani Kyiv dengan rudal dan drone semalaman, yang menurut otoritas Ukraina pada Selasa (25/11), telah menewaskan enam orang. Sementara serangan besar-besaran Ukraina dilaporkan menghantam area Rostov, Rusia, hingga menewaskan tiga orang.

Lihat juga Video: Macron Sepakat dengan Trump di Sidang PBB, Desak Rusia Akhiri Perang

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads