Peluang Sanae Takaichi untuk menjadi Perdana Menteri perempuan pertama Jepang menjadi berat setelah koalisi partai berkuasa pecah. Mitra koalisi mereka mengundurkan diri.
Dilansir Reuters, Minggu (12/10/2025), Partai Demokrat Liberal yang telah memerintah Jepang hampir sepanjang era pascaperang memilih Takaichi yang merupakan konservatif garis keras sebagai ketua barunya pada akhir pekan lalu. Namun, dia harus mendapatkan persetujuan di parlemen untuk menjadi perdana menteri pada akhir bulan ini.
Hal itu sebelumnya dianggap cukup mudah mengingat koalisinya memiliki kursi terbanyak di parlemen Jepang meskipun bukan kurang mayoritas. Namun, langkah itu bakal berat usai mundurnya Komeito dari koalisi Partai Demokrat Liberal.
Sementara, partai-partai oposisi terus berusaha bersatu di belakang kandidat alternatif.
Setelah pertemuan dengan Takaichi pada Jumat lalu, pemimpin Komeito, Tetsuo Saito, mengatakan kemitraan kedua partai yang sudah terjalin selama 26 tahun telah retak karena kegagalan LDP dalam menanggapi skandal pendanaan politik yang telah menghantui kelompok penguasa tersebut selama dua tahun terakhir. Dia mengatakan Komeito tidak akan mendukung Takaichi dalam pemungutan suara parlemen yang diperkirakan akan diadakan pada paruh kedua bulan Oktober.
Takaichi menyebut keputusan Komeito 'sangat disesalkan' tetapi mengatakan dia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan dukungan parlemen. Gejolak politik ini terjadi menjelang sejumlah pertemuan diplomatik Jepang, dengan KTT multilateral di Malaysia dan Korea Selatan, serta kunjungan Presiden AS Donald Trump yang diperkirakan akan berlangsung di Jepang pada akhir bulan ini.
(haf/imk)