Ratusan demonstran turun ke jalanan kota Epping, Inggris, pada Minggu (27/7) waktu setempat, untuk memprotes para pencari suaka setelah salah satu dari pencari suaka itu didakwa atas penyerangan seksual terhadap seorang remaja putri berusia 14 tahun.
Kasus itu memicu serangkaian unjuk rasa anti-imigran, yang membuat kota Epping di wilayah Essex diselimuti ketegangan beberapa waktu terakhir.
Dalam aksi terbaru, seperti dilansir AFP, Senin (28/7/2025), sekitar 400 demonstran dari kelompok-kelompok yang berseteru turun ke jalanan kota Epping, dengan kepolisian setempat menerapkan operasi pengamanan ketat, mendirikan barikade untuk memisahkan mereka, dan melarang penggunaan masker.
Itu menjadi unjuk rasa terbaru dari serangkaian demonstran yang digelar di Epping, timur laut London, setelah seorang pencari suaka didakwa pada awal Juli atas tiga tuduhan penyerangan seksual, termasuk dugaan upaya mencium seorang remaja perempuan yang berusia 14 tahun.
Kepolisian Essex, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa pihaknya telah "menerapkan operasi kepolisian yang kuat untuk melindungi komunitas kami dan untuk menangani dengan cepat terhadap siapa pun yang berniat melakukan kejahatan atau gangguan kekerasan".
Para demonstran berkumpul di luar Bell Hotel di kota Epping, yang telah digunakan untuk menampung para pencari suaka dan pengungsi, meskipun dewan kota setempat telah meminta agar hotel itu ditutup.
"Mereka (pencari suaka dan pengungsi-red) itu ancaman. Mereka tidak tahu siapa mereka, siapa yang mereka izinkan masuk ke hotel-hotel ini, dan pada dasarnya mereka membahayakan semua orang," cetus salah satu demonstran yang menyebut dirinya sebagai Cathy, saat berbicara kepada AFP.
Unjuk rasa tandingan juga digelar oleh organisasi Stand Up to Racism di kota yang sama, dengan para demonstran meneriakkan "Para pengungsi diterima di sini" dan "Jalanan siapa? Jalanan kita".
(nvc/ita)