Israel mengumumkan jeda perang terbatas di tiga wilayah Gaza usai bertubi-tubi dikecam menyebabkan krisis kelaparan. Jeda pertempuran hanya berlangsung 10 jam setiap harinya.
Tel Aviv disebut berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal di berbagai wilayah Jalur Gaza. Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan HAM, termasuk Dokter Lintas Batas (MSF), Save the Children, dan Oxfam, yang menandatangani pernyataan bersama menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan segera, pembukaan semua perlintasan perbatasan darat, dan aliran bantuan bebas melalui mekanisme PBB.
Organisasi-organisasi kemanusiaan itu mengatakan bahwa gudang-gudang berisi berton-ton pasokan terbengkalai karena warga dihalangi untuk mengakses atau mengirimkan barang-barang tersebut.
"Warga Palestina terjebak dalam siklus harapan dan patah hati, menunggu bantuan dan gencatan senjata, hanya untuk kemudian terbangun dan mendapati kondisi yang semakin memburuk," demikian bunyi pernyataan tersebut.
"Ini bukan hanya siksaan fisik, tetapi juga psikologis. Kelangsungan hidup bagaikan fatamorgana," imbuhnya.
Lebih dari dua juta orang di Gaza menghadapi kekurangan pangan dan kebutuhan pokok yang parah setelah 21 bulan perang di Gaza. PBB mengatakan pada hari Selasa (22/7), bahwa pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina, yang berusaha mendapatkan bantuan pangan sejak Yayasan Kemanusiaan Gaza yang didukung AS dan Israel mulai beroperasi pada akhir Mei.
Prancis, secara terpisah, memperingatkan tentang meningkatnya 'risiko kelaparan' yang disebabkan oleh 'blokade yang diberlakukan oleh Israel' terhadap wilayah yang dilanda perang selama 21 bulan terakhir. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa 'sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan'. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan 'buatan manusia', namun tanpa menyebut nama Israel.
"Saya tidak tahu sebagai apa Anda menyebutnya selain kelaparan massal -- dan itu buatan manusia," cetusnya saat berbicara kepada wartawan.
Israel justru membantah sebagai penyebab kelaparan massal di daerah kantong Palestina tersebut. Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza.
"Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas," tegas Mencer dalam pernyataannya.
Mencer menuduh Hamas, yang serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023 memicu perang berkepanjangan di Jalur Gaza, telah mencegah distribusi pasokan bantuan kemanusiaan dan menjarah bantuan untuk diri mereka sendiri, atau menjualnya dengan harga yang melambung.
"Bantuan telah mengalir ke Gaza," ucapnya.
Dia juga menyalahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan rekan-rekannya karena gagal mengangkut truk-truk berisi bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya yang telah mendapatkan izin dan menunggu di seberang perbatasan Gaza.
(idn/fas)