Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut kasus keracunan massal yang melanda ratusan siswi sekolah di negara itu sebagai 'kejahatan yang tidak termaafkan'. Khamenei menegaskan jika kasus keracunan massal itu terbukti disengaja, maka para pelakunya layak dihukum mati.
Seperti dilansir Associated Press dan Reuters, Selasa (7/3/2023), komentar itu menjadi momen pertama bagi Khamenei membahas kasus keracunan massal itu secara terbuka. Komentar Khamenei disampaikan saat kemarahan publik memuncak atas gelombang dugaan serangan terhadap siswi-siswi di Iran.
Keracunan massal yang penyebabnya masih misterius itu awalnya terjadi di kota suci Qom pada November tahun lalu, sebelum menyebar hingga ke 25 provinsi dari total 31 provinsi yang ada di Iran. Kasus itu memaksa para orang tua murid mengeluarkan anak-anak mereka dari sekolah dan berunjuk rasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan media pemerintah dan para pejabat Teheran, tercatat lebih dari 1.000 siswi sekolah di berbagai wilayah Iran jatuh sakit akibat keracunan sejak November tahun lalu.
Para pejabat Iran baru mengakui kasus keracunan massal itu beberapa pekan terakhir dan tidak menjelaskan secara detail soal dugaan pelaku di balik kasus itu maupun bahan kimia apa -- jika memang ada -- yang digunakan pelaku.
"Otoritas berwenang harus secara serius menindaklanjuti kasus keracunan para siswa ini," ucap Khamenei dalam pernyataannya seperti dikutip kantor berita IRNA.
"Jika itu terbukti disengaja, para pelaku kejahatan yang tidak termaafkan ini harus dihukum mati," cetusnya.
"Tidak akan ada pengampunan untuk mereka," tegas Khamenei dalam pernyataannya.
Lihat juga Video 'Di Tengah Aktivitas Nuklir, Pabrik Militer Iran Diserang Drone!':
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Ahmad Vahidi menyebut sedikitnya 52 sekolah di puluhan provinsi Iran terdampak kasus keracunan massal sejak November tahun lalu. Sementara laporan media lokal Iran menyebut ada lebih dari 60 sekolah yang terdampak, dengan sebagian besar merupakan sekolah khusus perempuan.
Para siswi yang mengalami keracunan dilaporkan mengeluhkan sakit kepala, jantung berdebar, merasa lesu dan tidak bisa bergerak. Beberapa siswi lainnya menggambarkan mereka mencium bau jeruk, klorin atau bahan pembersih yang menyengat baunya.
Sejauh ini belum ada laporan kematian dalam kasus keracunan massal ini.
Vahidi dalam pernyataan pada akhir pekan menyebut bahwa 'sampel-sampel mencurigakan' telah dikumpulkan oleh para penyelidik, tanpa menjelaskan lebih lanjut. Dia menyerukan publik untuk tetap tenang dan menuduh musuh-musuh Teheran menebar ketakutan untuk melemahkan Iran.
Sejumlah politisi lokal menyalahkan kelompok-kelompok keagamaan yang menentang pendidikan untuk perempuan sebagai dalang di balik keracunan massal itu. Namun Iran diketahui tidak memiliki riwayat kelompok ekstremis agama menargetkan pendidikan perempuan seperti yang terjadi di Afghanistan.
(nvc/ita)