China memberikan komentarnya soal laporan kematian warga sipil di kota Bucha, Ukraina, yang oleh negara-negara Barat dituduhkan pada pasukan Rusia. Otoritas China menyebut kematian warga sipil di Bucha 'sangat mengganggu', tapi juga mengingatkan bahwa setiap tuduhan harus didasarkan fakta.
Seperti dilansir AFP, Rabu (6/4/2022), Beijing menolak untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina yang sudah memasuki minggu kelima. Namun diketahui China berada dalam situasi sulit secara diplomatik, antara mendukung Rusia -- sekutu dekatnya -- atau mempertahankan hubungan dengan negara-negara Barat.
Ketika ditanya soal laporan temuan puluhan mayat di kuburan massal dan bergelimpangan di jalanan kota Bucha pada akhir pekan lalu, China menyatakan: "Laporan-laporan dan gambar kematian warga sipil di Bucha sangat mengganggu."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, juga menyatakan bahwa 'tuduhan apapun harus didasarkan pada fakta'.
Zhao juga memperingatkan bahwa setiap situasi kemanusiaan tidak seharusnya 'dipolitisasi'.
"Sebelum hasil penyelidikan keluar, semua pihak harus menahan diri dan menghindari tuduhan-tuduhan tidak berdasar," tegas Zhao kepada wartawan dalam konferensi pers rutin di Beijing.
Militer Ukraina diketahui merebut kembali kendali atas kota-kota di sekitar Kiev, termasuk Bucha, beberapa hari lalu setelah Rusia menarik pasukannya. Di kota Bucha, militer Ukraina melaporkan temuan puluhan mayat di kuburan massal juga bergelimpangan di jalanan.
Lihat juga video 'Zelensky Pertanyakan Sikap PBB atas Invasi Rusia ke Ukraina':
Laporan itu memicu kecaman global, termasuk dari Amerika Serikat (AS) yang menyerukan 'persidangan kejahatan perang' untuk dugaan kekejaman itu. Otoritas Ukraina bahkan menyebutnya sebagai 'genosida' yang dilakukan oleh Rusia.
Namun Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia membantah pasukan militernya terlibat dalam pembunuhan warga sipil di Bucha dan menuduh gambar-gambar mayat itu palsu yang direkayasa oleh rezim Ukraina.
Ditambahkan Zhao dalam pernyataannya bahwa China 'sangat memperhatikan kerugian yang dialami warga sipil' dan 'bersedia untuk terus bekerja dengan komunitas internasional demi menghindari kerugian sipil'.
Pernyataan Zhao ini senada dengan pernyataan Duta Besar China untuk Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Zhang Jun dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang digelar Selasa (5/4) waktu setempat.
Dalam forum yang sama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam pembunuhan di kota-kota yang berhasil direbut kembali dari pasukan Rusia sebagai 'genosida' dan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengusir Rusia sebagai anggota permanen.
"Agar Rusia tidak bisa memblokir keputusan soal agresinya sendiri, perangnya sendiri," cetus Zelensky.
"Jika tidak ada alternatif dan tidak ada opsi lain, maka opsi selanjutnya adalah membubarkan diri Anda semua," tegasnya merujuk pada Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara dan bertujuan memastikan perdamaian dan keamanan internasional.
(nvc/ita)