Akar Konflik Rusia-Ukraina hingga Panas Soal Invasi

Syahidah Izzata Sabiila - detikNews
Minggu, 20 Feb 2022 11:27 WIB
Ilustrasi (Foto: Russian Defense Ministry Press Service via AP)
Jakarta -

Memanasnya konflik Rusia dan Ukraina belakangan ini jadi perhatian dunia internasional. Tudingan Rusia bakal segera menginvasi Ukraina terus dilontarkan lantaran dikuatkan dengan keberadaan militer Rusia di sekitar perbatasan Ukraina.

Negara-negara Barat, termasuk sekutu NATO berbondong-bondong mengirimkan bantuan alat militer jika invasi dan serangan tiba-tiba saja terjadi. Namun yang menjadi pertanyaan, apa sebenarnya akar konflik antara Rusia dan Ukraina? detikcom merangkum informasi selengkapnya berikut ini.

Masalah Perdagangan-Pencaplokan Krimea

Dilansir BBC, Ukraina memang merupakan bagian dari Uni Soviet hingga memperoleh kemerdekaaanya pada 1991 lalu. Hubungan Rusia dan Ukraina menegang pada 2013 silam karena kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa.

Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow. Penolakan itu memicu gelombang protes massa hingga Viktor Yanukovych digulingkan dari jabatannya pada 2014 lalu.

Pada Maret 2014, Rusia mencaplok Krimea, sebuah semenanjung otonom di Ukraina selatan dengan loyalitas Rusia yang kuat. Pencaplokan itu dilakukan dengan dalih bahwa Rusia membela kepentingannya dan kepentingan warga negara yang berbahasa Rusia. Kala itu, ribuan tentara berbahasa Rusia, yang dijuluki "pria hijau kecil" dan kemudian diakui oleh Moskow sebagai tentara Rusia, membanjiri semenanjung Krimea. Dalam beberapa hari, Rusia selesai mencaplok Krimea dalam referendum yang dikecam oleh Ukraina dan sebagian besar dunia sebagai hal yang 'tidak sah'.

Pencaplokan Rusia di Semenanjung Krimea juga mendorong pecahnya pemberontakan separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di mana mereka mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina. Pemberontakan itu memicu pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

Saat itu, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjatanya untuk mendukung pemberontak. Rusia membantahnya dan menuduh orang Rusia yang bergabung dengan separatis adalah sukarelawan.

Dalam pertempuran tersebut, lebih dari 14.000 orang tewas. Donbas, jantung industri di Timur Ukraina, hancur akibat pertempuran tersebut

Pada 2015, Ukraina dan Rusia menandatangani kesepakatan damai di Minsk, yang ditengahi oleh Prancis dan Jerman. Meski begitu kesepakatan damai tercoreng dengan dilanggarnya gencatan senjata berulang kali.

Uni Eropa dan AS telah memberlakukan serangkaian tindakan sebagai tanggapan atas tindakan Rusia di Krimea dan Ukraina timur, termasuk sanksi ekonomi yang menargetkan individu, entitas, dan sektor tertentu dari ekonomi Rusia.

Selain itu, konflik kedua negara ini juga terkait dengan keinginan bergabungnya Ukraina ke NATO. Simak informasinya di halaman selanjutnya.

Lihat Video: Latihan Militer Besar-besaran Disaksikan Putin, Rusia Uji Coba Rudal






(izt/knv)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork