Inggris mengalami lonjakan kasus Corona harian karena varian Omicron. Meski begitu, Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan pihaknya tak akan melakukan lockdown.
Boris Johnson, menyatakan negaranya akan mampu menghadapi lonjakan kasus tanpa menutup aktivitas perekonomian. Inggris sendiri telah mencetak rekor tertinggi dengan lebih dari 218.000 kasus Corona dalam sehari.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (5/1/2022), PM Johnson menolak untuk memberlakukan lockdown ketat di Inggris. Dia menyatakan bahwa efek suntikan booster vaksin Corona dan kehati-hatian para warganya akan cukup untuk menahan gelombang terbaru.
PM Johnson menyatakan dirinya berpegang pada langkah 'Rencana B' yang diberlakukan di Inggris sejak bulan lalu. Langkah itu mencakup aturan pemakaian masker dalam transportasi umum dan pertokoan, tanpa membatasi acara sosial dan menutup pusat-pusat bisnis.
"Bersama dengan langkah Rencana B yang kita berlakukan sebelum Natal, kita memiliki peluang untuk mengatasi gelombang Omicron ini tanpa menutup negara kita sekali lagi. Kita bisa membiarkan sekolah dan bisnis-bisnis kita tetap buka, dan kita bisa mencari cara untuk hidup dengan virus ini," cetus PM Johnson.
Meski begitu, PM Johnson memperingatkan adanya kondisi menantang dalam beberapa pekan ke depan.
"Tapi beberapa pekan ke depan akan menantang, baik di sini di Inggris dan seluruh dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah layanan akan terganggu oleh ketidakhadiran para staf," imbuhnya.
Pada Selasa (4/1) waktu setempat, Inggris melaporkan 218.724 kasus Corona dalam sehari. Angka ini mencetak rekor terbaru untuk tambahan kasus tertinggi dalam sehari -- meskipun angka itu juga dipengaruhi kelambatan pelaporan selama masa liburan akhir tahun.
Simak video 'Inggris Perketat Tes Covid-19 untuk Pekerja Esensial':
Simak halaman selanjutnya
(dwia/lir)