Inggris menyerukan sesi sidang darurat Dewan Keamanan PBB pada Rabu (31/3) setelah militer Myanmar secara dramatis meningkatkan penggunaan kekuatan mematikan terhadap pengunjuk rasa selama akhir pekan.
Dalam eskalasi kekerasan lainnya, militer Myanmar pada akhir pekan lalu melancarkan serangan udara pertama di negara bagian Karen dalam 20 tahun setelah kelompok pemberontak Karen merebut pangkalan militer - menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya konflik etnis bersenjata di negara yang beragam etnis itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kekejaman militer terlalu parah dan banyak (pejuang etnis bersenjata) mengambil sikap oposisi yang jelas, meningkatkan kemungkinan perang saudara pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Burgener.
"Kegagalan untuk mencegah eskalasi kekejaman lebih lanjut akan merugikan dunia jauh lebih banyak dalam jangka panjang daripada berinvestasi sekarang dalam pencegahan, terutama oleh tetangga Myanmar dan kawasan yang lebih luas," imbuhnya.
Negara-negara kuat di dunia telah berulang kali mengutuk tindakan keras militer Myanmar terhadap demonstran dan menghantam tokoh-tokoh militer dengan sanksi, tetapi sejauh ini tekanan tersebut tidak mempengaruhi para jenderal.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat telah memerintahkan keberangkatan staf diplomatik yang tidak penting dan keluarga mereka dari Myanmar, dan Jepang - donor utama bagi negara itu - telah menghentikan pembayaran bantuan baru.
Selain menjatuhkan sanksi yang ditargetkan, AS juga telah menangguhkan pakta perdagangan dengan Myanmar.
Linda Thomas Greenfield, Duta Besar AS untuk PBB, menyebut kemungkinan tindakan lainnya jika militer Myanmar tidak turun.
"Kami berharap situasi pada akhirnya akan terselesaikan dan militer akan kembali ke barak mereka dan mengizinkan pemerintah yang terpilih secara demokratis untuk menggantikannya," katanya kepada wartawan.
"Tetapi jika mereka tidak melakukan itu, dan mereka melanjutkan serangan yang mereka lakukan terhadap penduduk sipil, maka kami harus melihat bagaimana kami dapat berbuat lebih banyak," katanya.
(ita/ita)