Tidak Masuk Akal dan Biadab
Presiden Barham Saleh mengutuk serangan itu dan mengatakan pemerintah akan "berdiri teguh melawan upaya kejahatan yang ingin mengguncang negara kita".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Paus Fransiskus, yang berharap untuk mengunjungi Irak pada bulan Maret, menyesalkan "tindakan brutal yang tidak masuk akal" itu. Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa-bangsa dan Uni Eropa juga turut mengutuk keras serangan itu.
Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri AS, Daniel Smith, mengatakan pemboman itu "adalah tindakan keji dari pembunuhan massal dan pengingat serius akan terorisme yang terus mengancam kehidupan rakyat Irak yang tidak bersalah".
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengeluarkan seruan "kepada rakyat Irak untuk menolak setiap upaya untuk menyebarkan ketakutan dan kekerasan yang bertujuan merusak perdamaian, stabilitas dan persatuan."
Uni Eropa menyebut serangan itu "tidak masuk akal dan biadab" dan menegaskan kembali "dukungan penuhnya kepada otoritas Irak dalam perang melawan ekstremisme dan terorisme."
"Tindakan tercela seperti itu tidak akan melemahkan gerakan Irak menuju stabilitas dan kemakmuran," ujar Misi PBB di Irak saat menyampaikan belasungkawa kepada para korban.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Saeed Khatibzadeh, mengatakan pemerintahnya siap membantu Irak "dalam perjuangan melawan terorisme dan ekstremisme".
Serangan itu, katanya, dimaksudkan "untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas Irak dan memberikan alasan bagi orang asing untuk mempertahankan kehadiran mereka di sana".