Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim dirinya telah memenangkan pemilihan presiden AS 2020, meskipun penghitungan suara belum selesai. Trump pun mengatakan dia akan pergi ke Mahkamah Agung untuk menolak penghitungan suara.
Trump tanpa dasar mengklaim telah terjadi penipuan.
"Ini penipuan terhadap publik Amerika. Ini memalukan negara kita," klaim Trump dalam pidatonya di Gedung Putih seperti dilansir AFP, Rabu (4/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita memang memenangkan pemilu ini," katanya, meski jutaan suara masih belum selesai dihitung.
Trump pun mengatakan bahwa dirinya telah menang di negara-negara bagian yang sebelumnya tidak dimenangkan Republik.
Selain berita tersebut, berikut ini berita-berita internasional yang menarik perhatian pembaca detikcom, hari ini, Rabu (4/11/2020):
-Trump Tuding Ada Penipuan Besar dalam Pilpres AS 2020
Trump, menyerang upaya penghitungan suara sah dalam pilpres AS. Trump menyebut upaya untuk menghitung seluruh surat suara sama saja dengan mencabut hak pilih para pendukungnya.
"Jutaan dan jutaan orang memilih kami. Dan sekelompok orang yang sangat menyedihkan, sedang berupaya mencabut hak kelompok orang itu. Dan kami tidak akan membiarkannya. Kami tidak akan membiarkannya," ujar Trump dalam pidatonya di East Room Gedung Putih, seperti dilansir CNN, Rabu (4/11/2020).
Dalam pidatonya, Trump bersikeras menyatakan negara-negara bagian yang masih melakukan penghitungan suara saat ini, menunjukkan dirinya unggul atas rivalnya, Joe Biden, dan hal ini seharusnya mendorong penetapan kemenangan dirinya, meskipun ada suara signifikan yang belum selesai dihitung. Diketahui bahwa beberapa negara bagian masih melakukan penghitungan surat suara via pos, yang sejak awal ditentang Trump dan disebutnya rawan penipuan.
Trump menyatakan dirinya telah bersiap menyatakan kemenangan pada Selasa (3/11) malam waktu AS, namun tidak jadi. "Kita telah bersiap untuk perayaan besar. Kita memenangkan semuanya. Dan tiba-tiba saja dibatalkan," ucapnya.
-Selisih Makin Tipis, Biden Raup 238 Electoral Votes dan Trump 213
Selisih perolehan electoral votes antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan rivalnya, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat, semakin menipis. Penghitungan hasil pilres AS di beberapa negara bagian AS yang belum masuk, akan menjadi penentu apakah Trump atau Biden yang menang.
Seperti dilansir Fox News, Rabu (4/11/2020), daya penghitungan terbaru dari Fox News, salah satu media terkemuka AS, menunjukkan Biden masih unggul dengan 238 electoral votes dan Trump meraup 213 electoral votes sejauh ini.
Perolehan electoral votes bertambah sedikit usai Trump diproyeksikan memenangi Texas dan Biden diproyeksikan menang di Rhode Island.
Perolehan electoral votes yang didapat Biden dan Trump masih sangat mungkin berubah karena hasil pilpres di sejumlah negara bagian, termasuk Nevada, Wisconsin, Michigan, Georgia dan Pennsylvania, belum masuk dalam penghitungan sejauh ini.
Secara keseluruhan, menurut data Fox News, Biden mengungguli Trump dalam perolehan popular votes sejauh ini. Biden mendapatkan lebih dari 64 juta suara (49,9 persen), sedangkan Trump mendapatkan lebih dari 62 juta suara (48,5 persen).
-Yakin Menang, Biden Minta Pendukung Sabar Tunggu Suara Selesai Dihitung
Joe Biden menyatakan keyakinannya akan meraih kemenangan dalam pilpres 2020 ini. Namun, dia juga meminta para pendukungnya untuk sabar karena suara masih terus dihitung di beberapa negara bagian utama di seluruh negeri.
"Kami merasa senang dengan posisi kami saat ini, kita benar-benar berhasil," katanya.
"Saya di sini untuk memberi tahu kalian malam ini bahwa kami yakin kami berada di jalur yang tepat untuk memenangkan pemilihan ini," ujarnya saat berpidato di depan para pendukungnya di Wilmington, Delaware, seperti dilansir CNN, Rabu (4/11/2020).
Mantan wakil presiden itu kemudian meminta para pendukungnya untuk menunggu dengan sabar karena negara-negara bagian terus menghitung dan melaporkan suara mereka.
"Kami tahu, karena besarnya pemungutan suara awal yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pemungutan suara melalui surat, itu akan memakan waktu cukup lama," lanjut Biden.
-Jo Jorgensen Mengekor di Tengah Persaingan Sengit Trump-Biden, Siapa Dia?
Donald Trump dan Joe Biden masih terus bersaing sengit untuk memperebutkan kursi presiden AS. Di tengah persaingan itu, ada nama Jo Jorgensen yang selalu mengekor di bawah perolehan suara dua kandidat itu. Siapa dia?
Sebagaimana dilansir Associated Press, Rabu (4/11/2020) peroleh suara Biden untuk sementara ini 49,8% dengan 238 electoral votes. Sedangkan Trump terus mengejar dengan raihan 48,6% suara dan 213 electoral votes. Di bawah mereka, ada Jo Jorgensen yang hanya meraih 1,1% suara dan nol electoral vote.
Dikutip dari situs resmi kampanyenya, Jorgensen adalah satu-satunya kandidat presiden AS dari Partai Libertarian. Ternyata, perempuan itu sudah memiliki rekam jejak politik sejak lama.
Dia pernah menjadi calon wakil presiden Partai Libertarian bersama Harry Browne dalam pemilihan tahun 1996. Saat itu, dia berkampanye di 38 negara bagian dan tampil di lebih dari 300 acara radio di seluruh Amerika.
Pada tahun 1992, dia adalah kandidat Partai Libertarian untuk Distrik Kongres ke-4 South Carolina.
- Selisih Makin Tipis, Biden Raup 238 Electoral Votes dan Trump 213
Selisih perolehan electoral votes antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dengan rivalnya, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat, semakin menipis. Penghitungan hasil pilres AS di beberapa negara bagian AS yang belum masuk, akan menjadi penentu apakah Trump atau Biden yang menang.
Seperti dilansir Fox News, Rabu (4/11/2020), daya penghitungan terbaru dari Fox News, salah satu media terkemuka AS, menunjukkan Biden masih unggul dengan 238 electoral votes dan Trump meraup 213 electoral votes sejauh ini.
Perolehan electoral votes bertambah sedikit usai Trump diproyeksikan memenangi Texas dan Biden diproyeksikan menang di Rhode Island.
Perolehan electoral votes yang didapat Biden dan Trump masih sangat mungkin berubah karena hasil pilpres di sejumlah negara bagian, termasuk Nevada, Wisconsin, Michigan, Georgia dan Pennsylvania, belum masuk dalam penghitungan sejauh ini.