4 Unjuk Rasa di Berbagai Belahan Dunia Saat Corona Masih Mewabah

Round-Up

4 Unjuk Rasa di Berbagai Belahan Dunia Saat Corona Masih Mewabah

Tim detikcom - detikNews
Selasa, 15 Sep 2020 06:21 WIB
Ratusan warga Turkir menggelar aksi protes di Istanbul. Mereka mengecam majalah Charlie Hebdo yang menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad SAW.
Foto: Demonstrasi di Turki mengecam majalah Charlie Hebdo yang terbitkan kartun Nabi (AP Photo/Emrah Gurel)
Jakarta -

Aksi unjuk rasa masih berlangsung di berbagai negara meskipun dunia sedang dilanda Corona. Aksi unjuk rasa ini masih terjadi di bulan September.

Aksi unjuk rasa ini dipicu oleh beragam isu. Dari masalah politik, lockdown Corona hingga masalah penghinaan agama.

Berikut ini empat aksi unjuk rasa yang terjadi, dari Turki hingga Australia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Turki

Sekitar 200 orang di Istanbul, Turki berdemonstrasi pada Minggu (13/9/2020) waktu setempat untuk mengecam majalah Prancis, Charlie Hebdo. Majalah itu menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad yang memicu kemarahan umat muslim.

ADVERTISEMENT

Dilansir AFP, Senin (14/9/2020) Majalah mingguan satire Prancis Charlie Hebdo - yang menjadi target pembantaian oleh para radikalis pada tahun 2015 - mencetak ulang gambar-gambar kontroversial tersebut untuk menandai dimulainya persidangan awal bulan ini dari tersangka kaki tangan dalam serangan itu.

Karikatur itu kontroversial karena gambar nabi dilarang dalam Islam. Dua belas orang, termasuk beberapa kartunis paling terkenal di Prancis, tewas pada 7 Januari 2015, ketika Said dan Cherif Kouachi mengamuk di kantor surat kabar di Paris.

Beberapa pengunjuk rasa di Beyazit Square di sisi Eropa Istanbul memegang plakat yang berisi peringatan terhadap Charlie Hebdo dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan tulisan "akan membayar mahal", dan Macron membela "kebebasan menghujat" majalah itu.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Turki mengutuk keputusan untuk menerbitkan ulang kartun itu. "Tidak menghormati agama kami dan nabi kami," ujar Kemenlu Turki.

2. Belarus

Polisi anti huru hara menahan lebih dari 400 demonstran di Belarus pada hari Minggu (13/9/2020) waktu setempat, ketika puluhan ribu orang turun ke jalan untuk berdemo. Mereka menentang hasil pemilu yang memenangkan Alexander Lukashenko.

Seperti dilansir AFP, Senin (14/9/2020), lebih dari 100.000 orang diperkirakan telah berbaris di kota Minsk setiap empat akhir pekan terakhir untuk menuntut Lukashenko mundur karena sengketa pemilihan presiden 9 Agustus, yang dia klaim menang telak.

Jurnalis AFP mengatakan, jumlah yang sama mengambil bagian dalam demonstrasi terbaru, dengan kerumunan besar membanjiri jalan-jalan meskipun tindakan kekerasan polisi semakin intensif.

Petugas polisi berseragam dan berpakaian biasa menindak keras orang-orang yang berkumpul untuk demonstrasi "Pawai Pahlawan", dengan mendorong atau meninju mereka. Aksi kekerasan polisi ini terekam dalam video yang diposting di situs berita Belarus Tut.by.

Akses ke internet seluler dibatasi dan stasiun metro pusat ditutup, dengan pihak berwenang memindahkan van polisi, kendaraan militer, dan kawat berduri ke tengah menjelang demo.

"Lebih dari 400 orang ditahan di berbagai distrik ibu kota," kata Kementerian Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan. Dia menambahkan bahwa mereka yang ditahan membawa bendera dan plakat "ofensif".

Tonton video 'Kematian Akibat Corona di Italia Capai 35.000, Muncul Demo':

[Gambas:Video 20detik]



3. Australia

Lebih dari selusin pengunjuk rasa anti-lockdown (penguncian) ditangkap hari ini di Melbourne, Australia saat mereka yang sengaja melanggar perintah tinggal di rumah tersebut bentrok dengan polisi Australia.

Mengabaikan peringatan resmi dan perintah kesehatan masyarakat, beberapa ratus orang berkumpul dalam aksi protes ilegal yang dipromosikan oleh beberapa kelompok teori konspirasi terkait virus Corona secara online. Mereka menyerukan diakhirinya tindakan lockdown.

Kehadiran polisi dalam jumlah besar merespons aksi demo tersebut. Seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (5/9/2020), polisi menangkap 17 orang saat kerumunan meneriakkan "kebebasan" dan "penipuan" ke arah barisan polisi yang berulang kali berusaha untuk membubarkan orang-orang.

Para demonstran kemudian pindah ke taman terdekat sebelum dikepung oleh polisi dan akhirnya bubar.

Petugas mengatakan mereka mengeluarkan 160 denda karena melanggar perintah kesehatan dan memperkirakan akan memberikan lebih banyak denda dalam beberapa hari mendatang.


4. Hong Kong

Hampir 300 orang ditangkap oleh polisi Hong Kong pada hari Minggu (6/9/2020). Mereka ditangkap ketika petugas anti huru hara menyerang para demonstran pro-demokrasi yang menentang penundaan pemilihan lokal.

Seperti dilansir AFP, Senin (7/9/2020), pemungutan suara untuk legislatif kota yang dipilih sebagian dijadwalkan untuk digelar pada Minggu (6/9), salah satu dari sedikit contoh di mana warga Hong Kong bisa memberikan suara.

Namun, pemimpin Hong Kong pro-Beijing, Carrie Lam menangguhkan pemungutan suara selama setahun -- dengan alasan virus Corona. Hal ini membuat marah oposisi pro-demokrasi yang berharap memanfaatkan sentimen anti-pemerintah yang mendidih.

Ratusan polisi anti huru-hara membanjiri distrik Kowloon dalam upaya menggagalkan seruan online untuk menggelar aksi protes penangguhan pemungutan suara.

Dalam pernyataannya di akun Facebook, polisi mengatakan setidaknya 289 orang ditangkap, sebagian besar karena aksi perkumpulan yang melanggar hukum.

Halaman 2 dari 2
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads