Pada titik tertentu, menurut dokumen pengadilan, Daher bahkan menawarkan untuk menjual muatan amonium nitrat itu kepada militer Lebanon, namun tetap gagal. Pada Rabu (5/8) waktu setempat, Daher mengonfirmasi kepada CNN bahwa kantornya mengirimkan 'total enam surat kepada otoritas legal' namun otoritas yang bersangkutan tidak pernah merespons surat-suratnya.
"Otoritas Pelabuhan tidak seharusnya mengizinkan kapal untuk menurunkan muatan zat kimia ke dalam pelabuhan. Zat kimia itu awalnya dikirim ke Mozambik, bukan Lebanon," tegas Daher.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan untuk memindahkan muatan amonium nitrat itu juga tertuang dalam surat Merhi -- Direktur Bea Cukai Lebanon sebelum Daher -- tahun 2016 lalu.
"Karena bahaya ekstrem yang diberikan oleh barang-barang yang disimpan dalam kondisi iklim yang tidak sesuai, kami menegaskan permintaan kami kepada Otoritas Pelabuhan untuk mengekspor kembali barang-barang ini dengan segera demi menjaga keselamatan pelabuhan dan orang-orang yang bekerja di dalamnya," tulis Merhi dalam surat tahun 2016 kepada hakim setempat yang menangani kasus ini.
Pada Rabu (5/8) waktu setempat, Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut, Hassan Kraytem, menuturkan kepada televisi lokal, OTV, bahwa muatan berbahaya disimpan di gudang pelabuhan sesuai perintah pengadilan.
"Kami menyimpan material di gudang nomor 12 di pelabuhan Beirut sesuai dengan perintah pengadilan. Kami tahu bahwa mereka material berbahaya, tapi tidak sejauh itu," ucap Kraytem dalam penjelasannya.
Kraytem juga menyebut bahwa masalah pemindahan material eksplosif dibahas oleh Otoritas Bea Cukai dan Keamanan Negara, tapi persoalannya belum 'selesai'. "Bea Cukai dan Keamanan Negara mengirimkan surat-surat (kepada otoritas terkait) meminta untuk memindahkan atau mengekspor kembali material eksplosif enam tahun lalu, dan kami menunggu sejak saat itu untuk menyelesaikan masalah ini diselesaikan, tapi tidak berhasil," ujarnya.
Menurut Krayetm, aktivitas pemeliharaan dilakukan pada pintu gudang beberapa jam sebelum ledakan dahsyat terjadi. "Kami diminta untuk memperbaiki sebuah pintu gudang oleh Otoritas Keamanan Negara dan kami melakukan itu pada siang hari, tapi apa yang terjadi pada sore harinya saya tidak tahu," tandasnya.
Perdana Menteri Lebanon, Hassan Diab, sebelumnya menyebut ledakan dahsyat pada Selasa (4/8) waktu setempat disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat, yang disimpan selama 6 tahun di gudang pelabuhan tanpa langkah-langkah pengamanan, sehingga 'membahayakan keselamatan warga'.
Sedikitnya 135 orang tewas dan sekitar 5 ribu orang lainnya luka-luka akibat ledakan dahsyat tersebut.