Dari puing-puing kota yang porakporanda menguak satu simbol mimpi buruk peradaban manusia: awan cendawan bom atom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang saksi mata yang selamat, Pater Klaus Luhmer, pada tanggal 6 Agustus 1945 berdoa di taman biara Jesuit di Hiroshima, ia tiba-tiba mendengar sebuah ledakan.
"Pukul 8.14 saya mendengar ada ledakan. Kemudian muncul sesuatu yang tidak saya pahami. Nampak sesuatu yang lebih silau daripada matahari. Seperti setengah bulatan. Instink saya mengatakan, bahwa yang meledak itu adalah bom perusak yang meledak di balik bukit."
Ternyata yang dilihat Pater Luhmer pagi itu bukan bom perusak biasa. Akan tetapi, ledakan bom atom yang terjadi di pusat kota Hiroshima. Lokasi kejadian berjarak sekitar empat kilometer dari gedung biara. Pater Luhmer segera mencari perlindungan di taman. Lalu ia bersembunyi di ruangan bawah tanah. Ia selamat.
"Ketika saya melihat kilauan itu, tiba-tiba muncul gelombang yang amat panas. Rumah kami bergetar. Hampir semua genteng jatuh seperti hujan dan jendela pecah. Di sekeliling rumah puing-puing bertaburan."
Tidak lama kemudian stasiun berita BBC menyiarkan bahwa Amerika Serikat menjatuhkan bom atom terhadap kota Hiroshima. Warga Hiroshima tidak ada yang tahu apa yang terjadi. Pater Luhmer naik ke atas bukit di belakang gedung biara. Dari sana ia melihat kota Hiroshima terbakar. "Saat itu langitnya begitu terang. Tiba-tiba, waktu saya berdiri di atas bukit, awan hitam tampak di atas langit dan hujan mulai turun. Hujannya hitam."
70.000 sampai 80.000 dari jumlah 255.000 penduduk Hiroshima diperkirakan tewas seketika. Gedung-gedung rata dengan tanah, tidak kuat menahan kekuatan bom atom ini. Hanya beberapa bangunan tradisonal yang terbuat dari kayu yang mampu tetap berdiri.
Hiroshima memang telah hancur lebur, tetapi para panglima perang Jepang belum juga bersedia untuk menyerah tanpa syarat. Penolakan ini kemungkinan dikarenakan, para pemimpin di Tokyo tidak menyadari sepenuhnya kerusakan yang diakibatkan bom atom di kota Hiroshima. Setelah ditunda selama dua hari akibat cuaca buruk, pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom ke dua, Fat Man, dijatuhkan di Nagasaki.
Kota Nagasaki pun hancur bersama 20.000 warganya yang tewas seketika. Dalam beberapa bulan kemudian, 40.000 orang menyusul tewas, 75.000 orang menderita luka parah. Tanggal 10Agustus 1945, Kaisar Jepang Hirohito mengeluarkan perintah kepada panglima perangnya untuk menyerah kepada Sekutu, dengan satu syarat bahwa kedaulatan kekaisaran harus dipertahankan.
(rdp/rdp)