China Tegaskan Tak Takut Sanksi AS Terkait Laut China Selatan

China Tegaskan Tak Takut Sanksi AS Terkait Laut China Selatan

Novi Christiastuti - detikNews
Kamis, 16 Jul 2020 11:46 WIB
A satellite image of Mischief Reef taken on November 15. AMTI says two of the four structures have been completed, with covers already placed over the systems installed there. (CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digital Globe)
Ilustrasi -- Salah satu pulau buatan China di perairan Laut China Selatan (CSIS Asia Maritime Transparency Initiative/Digital Globe)
Beijing -

Otoritas China menyatakan tidak takut dengan sanksi apapun yang mungkin dijatuhkan Amerika Serikat (AS) terkait situasi di perairan Laut China Selatan. China justru menuduh AS memicu masalah dan mengganggu kestabilan kawasan tersebut.

Seperti dilansir Reuters dan China Global Television Network (CGTN), Kamis (16/7/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menuturkan kepada wartawan bahwa China mengharapkan AS tidak melangkah lebih jauh menuju jalan yang salah terkait isu sengketa Laut China Selatan.

"Sebagai negara paling maju dengan kekuatan besar dan satu-satunya superpower di dunia, AS dengan ceroboh menjatuhkan sanksi atau mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada pihak lain, itu sungguh menyedihkan. Kami berharap 'sanksi' tidak akan menjadi label terbesar dan paling bersinar yang mengingatkan pada AS. Itu seharusnya sungguh-sungguh mencerminkan kebijakannya," ujar Hua dalam konferensi pers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bicara soal sanksi, China tidak takut dengan sanksi-sanksi," tegas Hua.

"Namun seperti kata pepatah China kuno, 'Sebuah pohon ingin menikmati masa-masa tenang, tapi angin tetap berhembus'. Jika AS ingin membuat badai, maka biarkan saja badai mengamuk dengan kekuatan yang lebih besar," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Pernyataan ini disampaikan China setelah diplomat top AS untuk wilayah Asia Timur memperingatkan pada Selasa (14/7) waktu setempat, soal kemungkinan sanksi-sanksi bagi para pejabat dan perusahaan China yang terlibat dalam apa yang disebut AS sebagai tindakan pemaksaan di Laut China Selatan.

"Tidak ada yang dikesampingkan ... masih ada ruang untuk itu. Ini adalah bahasa yang dipahami China -- tindakan demonstratif dan nyata," ucap Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur, David Stilwell, dalam diskusi think-tank di Washington, saat ditanya soal potensi respons AS terhadap China.

Tonton video 'Hampir Seluruh Wilayah Terdampak Banjir di China':

Pernyataan Stilwell disampaikan sehari setelah AS menolak klaim China atas sumber daya di lepas pantai sebagian besar Laut China Selatan dan menyebutnya 'sepenuhnya melanggar hukum'.

"Pernyataannya sekali lagi mengungkap fakta bahwa Amerika Serikat berupaya menciptakan kekacauan di Laut China Selatan, menabur perselisihan antara negara-negara di kawasan dan mengganggu upaya-upaya China dan negara-negara ASEAN untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," cetus Hua.

AS diketahui sejak lama menentang klaim besar-besaran China atas perairan Laut China Selatan. Secara rutin, AS mengirimkan kapal-kapal perang ke perairan strategis itu untuk menunjukkan hal yang disebutnya sebagai kebebasan navigasi.

Pernyataan pada awal pekan ini menjadi yang pertama bagi AS untuk menyebut klaim-klaim China itu ilegal. Diketahui bahwa China mengklaim 90 persen wilayah perairan Laut China Selatan yang kaya sumber daya alam itu. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga ikut mengklaim wilayah di perairan yang sama.

Halaman 2 dari 2
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads