Dua dokter wanita di Rusia menghadapi balasan dari pemerintah setelah mengeluhkan kurangnya APD. Salah satu dokter didakwa di bawah Undang-undang (UU) yang mengatur berita palsu atau hoax dan dihukum denda US$ 1.443 oleh pengadilan. Satu dokter lainnya menghadapi proses penegakan disiplin yang bisa berujung pada pemecatan.
"Para tenaga medis di garis depan menjadi yang pertama mengetahui jika kebijakan pemerintahan tidak berhasil dan otoritas yang membungkam mereka tidak bisa secara serius mengklaim bahwa mereka memprioritaskan kesehatan publik," cetus Ambast dalam pernyataannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Mesir, seorang dokter yang tidak mau disebut identitasnya menuturkan kepada Amnesty International bahwa para dokter yang mengeluhkan dan mengkritik situasi yang mereka hadapi, terancam nyawanya dan terancam diinterogasi oleh Badan Keamanan Nasional, serta terancam dihukum.
"Banyak (dokter) yang memilih untuk membayar sendiri perlengkapan pribadi mereka demi menghindari keletihan ini. (Otoritas setempat) Memaksa para dokter untuk memilih antara kematian atau penjara," tutur dokter Mesir tersebut.
Laporan Amnesty International menyebut bahwa 3 ribu kematian tenaga medis secara global kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya, mengingat ada banyak kematian yang tidak dilaporkan dan adanya perbedaan negara-negara dalam menghitung kemudian mengumpulkan data.
(nvc/ita)